"Ampunnnn..." "Ampun Mas..." Suara rintihan dan mohon ampun dengan nada minta dikasihani berulang-ulang terdengar di dalam kepalaku. Aku tahu itu suara siapa. Suara si Sugus Putih yang sekarang tergeletak di tanah dan baru saja kujadikan sandbag. "Kamu tu g****k. Dah tahu tangan sama kaki diikat kek gitu, berani-beraninya ngajak berantem," jawabku sambil tertawa. "Ampun Mas. Aku kan cuma disuruh Mas," jawab si Sugus sambil menatapku dengan tatapan berkaca-kaca dan memelas. "Dah, nggak usah melas gitu. Nggak cocok sama mukamu," jawabku sambil kembali melayangkan pukulanku ke arah mukanya. "Aduuhhh. Udah dong Mas, sakitttt," rintih si Sugus. Udahan? Enak aja. Kapan lagi aku nemu sandbag g****k macam dia yang bisa mengaduh-aduh dan minta ampun. Dah gitu, dia nggak bisa lapor ke poli