“Siapa bedebahh yang ingin membunuhku?” “Manusia!! Kau tak perlu tahu!! Sekalipun kau tersadar, tetap saja kau akan mati di sini!! Kami semua akan memakanmu hidup-hidup!” sesosok raksasa dengan empat buah taring di sudut bibirnya dan mata merah menyala seukuran tutup panci aluminum milik penjual nasi kucing di pertigaan desa, berjalan pelan mendekatiku. Di tangannya, sebuah gada yang berukuran lebih besar dari pohon kelapa terayun kesana kemari saat dia melangkahkan kaki. Rasa hangat yang tadi menjalar di seluruh tubuhku, dengan cepat tergantikan oleh hawa panas membakar yang membuatku mulai kehilangan kesadaran. Tapi kali ini bukan seperti saat pingsan tak sadarkan diri. Ini seperti sebuah euphoria ketika kita mendapatkan stimulus berlebih karena konsumsi zat asing yang memacu adrenalin

