Raya menghentikan langkahnya saat tubuh lemah Mondy hanya berjarak beberapa meter darinya, di tatapnya Mondy dengan air mata yang mengalir tanpa bisa di tahannya. Raya mengusap air matanya pelan, melangkah kembali dengan perlahan, sungguh ini bukan keinginannya karna nyatanya tubuhnya juga ikut lemas hingga rasanya sulit untuk melangkah dengan cepat. Raya merosot di samping Mondy dengan tangisnya, air mata yang sedari tadi mengalir tak pernah ia hiraukan. Di rabanya darah yang merembes di lantai kantor. Raya mengangkat tangannya, tangannya bergetar saat melihat itu adalah darah nyata, merah dengan bau anyir yang tercium di hidungnya. "Hiks" tangis Raya perlahan terdengar memilukan. Di rabanya perut laki-laki yang tergeletak tak berdaya di depannya, kemeja yang semula putih bersih kini s