Anjirrr keras

1025 Kata
Mondy masih menatap Raya dengan tajam, pasalnya gadis itu benar-benar nggak bisa di ajak kompromi. "Lo nantangin gue?" tanya Mondy menaikkan sebelah alisnya. Raya masih diam tanpa menjawab pertanyaan Mondy, membuat Mondy benar-benar gemas sendiri dengan tingkah Raya. Menyadari bahwa Raya benar-benar mengujinya, membuat Mondy berdiri dan mendekati ranjang, di mana Raya yang tidur tengkurap dengan bebasnya, kulit putih nan mulus benar-benar menjadi daya tarik tersendiri dari Raya. "hah" desah Mondy seraya menelentangkan tubuhnya dan merentangkan lengannya persis di atas pengait br* milik Raya. "Lo gila?" teriak Raya terkejut dan menghadap ke arah Mondy begitu saja, lupa akan ketelanjangannya yang bisa saja membuat Mondy benar-benar menyerangnya. Mondy meneliti setiap jengkal tubuh Raya yang hanya tertutup br* dan celana dalam, di mana Mondy menatapnya seolah penasaran dengan bentuk aslinya, meskipun bukan pertama kalinya Mondy melihat hal seperti itu, tapi Mondy masih penasaran dengan milik Raya yang terlihat asli dan bukan palsu, karena selama ini Mondy selalu melihat sumpalan yang di lakukan beberapa wanita untuk memamerkan asetnya biar terlihat makin menggoda. "Tubuh lo seksi juga" kata Mondy seraya menaik turunkan sebelah alisnya dan sengaja menyenggol cup br* kanan milik Raya, membuat Raya menjerit tak percaya ke arah Mondy. "Lo bener-bener minta di hajar ya?" tantang Raya mengambil bantal untuk menutupi area depannya. berbeda dengan Mondy yang hanya cekikikan mendengar pertanyaan Raya. Mondy memilih berbaring telentang, mengabaikan Raya yang terlihat masih marah karena keusilannya, dia memang nakal tapi selama ini dirinya belum sampai tahap kelewat batas jika bersama seorang gadis, apalagi dengan gadis tertekan seperti Raya. "Bentar deh, sebenarnya nama Lo siapa sih? sebagai penolong Lo tadi malam harusnya gue tahu dong siapa Lo?" tanya Mondy menarik turunkan alisnya. "Itu mah Lo aja yang penasaran, lagian banyak juga orang yang mau nolong meskipun nggak kenal." jawab Raya berhasil membuat Mondy tertawa mendengarnya. "Ok, gue jujur deh, sebenarnya dari awal gue udah tertarik sama Lo, tapi Lo nya jual mahal, tetiba di bar di raba siapa aja mau" jelas Mondy membuat Raya geram mendengarnya. "Lo nggak tahu ya? gue nggak nafsu sama cowok" kata Raya berhasil membuat Mondy melotot tajam. "Kalau ngomong yang bener!" seru Mondy tak terima, tubuh paripurnanya di tolak begitu saja. "Bohong, gue cuma males aja ada hubungan sama laki-laki, lihat sahabat yang suka gonta-ganti pacar aja gue udah kenyang sendiri." lanjut Raya lagi. "Ujung-ujungnya habis check in juga pergi tanpa tanggung jawab." lanjut Raya membuat Mondy semakin menatap Raya dengan intens. Mondy tahu bukan itu sebenarnya, mungkin saja gadis itu punya trauma, apalagi jika ingat igauannya tentang ayahnya semalam. "Btw, nama gue Raya, panggil aja Raya, nggak perlu pakai nama lengkap gue" kata Raya tiba-tiba memberi tahu. "Kalau gue nggak tahu nama lengkap lo, terus nanti pas di pelaminan gimana? kan nggak lucu kalau gue nggak tahu nama calon pasangan gue sendiri" goda Mondy berhasil membuat Raya tertawa mendengarnya. "Mimpi Lo kesiangan." balas Raya masih dengan tawanya. "Oh ya, semalem,,,,," Raya diam tak meneruskan kata-katanya saat di rasanya telapak tangan Mondy membungkam bibir tipisnya. Flasback. "Stttt, panasss." desis Raya dalam tidurnya. Pengaruh alkohol yang terlalu banyak ia minum membuat Raya benar-benar kehilangan kesadarannya, di mana matanya tak bisa terbuka. Namun, bibirnya terus saja mengoceh hal yang memalukan, belum lagi gerakan tangannya yang selalu ingin membuka bajunya. "Gerah" lagi-lagi Raya ngigau seraya melempar asal selimut yang membalut tubuhnya. Mondy menghela nafasnya pasrah, menatap ke arah Raya dengan menenggak ludahnya sendiri, melihat Raya yang tidur terlentang dengan baju minimnya, di tambah wajah mabuknya benar-benar membuat nafsu Mondy ada di ubun-ubun, dan sialnya lagi dia benar-benar sangat nafsu melihatnya. "Coba kalau tidurnya ngakang." gumam Mondy sendiri seraya mendekat ke arah Raya yang tidur di ranjang, pikirannya benar-benar kacau karena gadis di ranjangnya. "Ahhh" desah Raya saat Mondy memegang leher jenjangnya. Bulu kuduk Mondy berdiri seketika saat mendengar suara merdu milik Raya, dirinya yang memang sudah sangat bernafsu kini benar-benar ingin hilang kendali. "Sial." desis Mondy seraya melucuti baju minim milik Raya. Mondy terpaksa melepas baju Raya, karena terkena muntahan nya sendiri, Mondy berusaha mati-matian menahan hasratnya, melihat dengan jelas tubuh polos Raya yang hanya tertutup dalaman saja sudah terlihat putih mulus dengan gundukan yang mengintip terlihat begitu menggiurkan untuk di jamah oleh jemarinya. Sebagai pria normal yang bahkan notabenya Mondy seorang players yang sudah pernah melihat milik seorang wanita yang sengaja mengenakan pakaian terbuka di depannya, tapi ini berbeda, bentuknya benar-benar bagus dan tidak berlebihan. Belum lagi bagi seorang Mondy, menikmati tubuh cewek yang sedang mabuk, itu suatu pantangan bagi nya, terkesan cowok pecundang. Flasback off. "Lo nggk kuliah?." tanya Mondy tiba-tiba seraya menatap Raya yang langsung menutupi buah dadanya dengan bantal, namun masih dengan memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Mondy dengan mata kantuknya. "Nggak, gue ngantuk, udah lo pergi sana." usir Raya mendorong-dorong bantalnya ke arah Mondy, berusaha membuat Mondy pergi dari ranjang yang ia gunakan untuk tidur. "Kenapa jadi lo yang ngusir gue? ini appart gue loh." kata Mondy mengambil alih bantal Raya, membuat Raya merinding dan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. "Yaudah sih, gue minta maaf, ya maksud gue biarin gue tidur sini dulu, ntar gue pulang kok" kata Raya cuek, dia benar-benar masih mengantuk. "Bayar sama tubuh lo ya!" seru Mondy mendekat, membuat Raya ikut berguling mundur. "Nggak ada, lagian pikiran cowok kenapa nggak jauh-jauh dari s**********n sih?heran gue." bantah Raya masih menggulingkan tubuhnya ke belakang tanpa menyadari selimutnya yang terlepas, membuat mata Mondy menatap jelas ke arah gunung kembar Raya yang mantul di ranjang empuknya. "Aaaaaa" jerit Raya terkejut saat dirinya hendak jatuh ke bawah, namun Mondy segera menarik tubuh Raya dengan entengnya. Mondy menatap ke arah Raya yang masih memejamkan matanya di atas tubuhnya, senyumnya melebar saat tatapan matanya jatuh di bibir merah milik Raya, di tambah d**a polosnya yang harus tertindih oleh aset atas Raya yang terasa kenyal meski masih tertutup br*nya. Ah, benar-benar rejeki nomplok, batinnya. "Cup." Raya membuka matanya saat merasakan bibirnya di kecup pelan oleh benda kenyal, di tatapnya dengan marah Mondy yang sedang tersenyum kemenangan di bawahnya. Raya kembali menutup bibirnya saat merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di perutnya, terasa keras dan..... "Anjirrr keras." teriak Raya meloncat begitu saja dari tubuh Mondy namun di tahan oleh dekapan erat oleh Mondy, tak lupa dengan tawa keras dari Mondy. TBC.....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN