Zein sedang kesal karena hasil rapatnya tidak berjalan sesuai rencana. Dia baru akan menghubungi Keisha untuk meredakan suasana hatinya yang tidak baik, tapi gadis itu malah sudah berdiri di dalam ruangannya. Keisha yang telah melepas maskernya kini merentangkan tangan sembari tersenyum sangat manis. “Butuh pelukan?” Zein menutup pintu kantor, kemudian mendatangi Keisha dan memeluknya. Dia memejamkan mata, menghidu dalam-dalam aroma vanila dari perpotongan leher gadis itu. “Kamu melihat rapat itu dari ruang pemantauan?” “Hemm… pidato yang sangat bagus.” “Tapi aku nggak bisa menyelesaikannya dengan baik. Mereka mendapatkan kelemahanku.” Keisha menepuk-nepuk pelan punggung Zein, diam-diam tersenyum puas dengan ketergantungan pria itu terhadapnya. “Nggak apa-apa, kita akan memperbaikiny