Aku terkejut saat merasakan embusan napas menerpa wajahku. Aku sangat langsung membuka mata dengan jantung yang berdetak sangat cepat. Aku lupa kalau semalam aku sendiri yang mengizinkan bang Jun untuk tidur di kamarku. Jarak di antara kami sangat dekat. Dia sekarang sedang memeluk erat guling yang menjadi pembatas di antara kami. Tidurnya sangat pulas. Aku mengamati wajah bang Jun dalam remang lampu tidurku. Dia terlihat sangat tampan. Aku menggeser tubuhku, mencoba meraih jam beker berbentuk burung hantu yang kuletakkan di atas balas. Masih jam tiga dini hari. Setelah meletakkan jam itu kembali ke tempatnya semula, aku kembali berbalik ke arah bang Jun. Dia benar-benar seperti seorang pangeran. Sebenarnya kenapa dia terus ketakutan dan takut aku tinggalkan? Padahal aku tidak pernah