Kini di ruangan utama tersebut tinggal Rini dan Fajar. Rini menghela napas panjang, dia melirik Fajar yang kini tengah menikmati es teh buatan Rini. “Hem, enak sekali, segar sekali, ada mint dan melati,” ujarnya. Padahal teh tersebut dibeli oleh Fajar sendiri. Dia sengaja mengatakan itu untuk mengusir hening antara mereka berdua. “Pak Fajar kalau nggak mau Sintia mengejar-ngejar seperti itu harusnya bisa tegas,” ujar Rini sambil berdiri dari sofa lalu membawa gelas satunya ke belakang. Fajar segera berdiri, dia membawa gelasnya dan berjalan dengan langkah lebar menyusul Rini. “Rin, kamu ngomong apa sih? Aku kan sudah bilang kalau aku tolak dia to?” ujarnya dengan wajah frustasi. Fajar mengejar Rini sampai di dapur. Rini menarik kursi dan duduk di sana. Fajar memeluk Rini dari belaka

