Baru saja kuletakkan ponsel di mini bar, terdengar suara mobil Mas Yoshi memasuki garasi. Aku malas melihatnya. "Maaf, mas harus nganterin Ayun pulang dulu," ucapnya sambil duduk di depanku. Aku tak menjawab. "Nas, maafkan mas. Jangan salah paham." Apa selama menikah aku nggak cukup paham? Bukankah selama ini aku selalu memahami semuanya, bahkan yang menyakitkan sekalipun. "Sayang," panggilnya. Untuk kali pertama aku muak dengan panggilan itu. "Maafkan mas. Maafkan Ayun yang berkata seperti tadi." "Siapa yang ngajarin dia bilang seperti itu? Kami hampir nggak pernah bertemu. Bicara di telepon pun nggak pernah, Mas. Dia tahu apa tentang aku." "Dia masih anak-anak, Nas." "Ya, dia seharusnya sangat polos. Dia masih berumur tiga tahun saat kita menikah. Aku juga nggak ngrebut mas d