"Eleven for all: You are my everything and all, Kamelia"
***
Tertanda hari ini, tanggal tujuh belas Maret tahun dua ribu lima belas, hari di mana aku sedikit tidak jelas, wkwk.
...
Aku itu pernah dengan kalau orang jaman dulu pernah berkata, eh atau sampai orang sampai jaman sekarang juga deh yang berkata, bahwa yang kita sebut sebagai cinta itu, ai, ai, aishiteru seperti lagu D’ Bagindas, eh maksudnya Zivilia, itu akan berawal dari mata turun ke hati. Jarang yang akan mengatakan sebaliknya yaitu dari hati naik ke mata. Dari perasaan cinta berakhir buat indah segalanya. Apa itu semua karena hukum gravitasi? What? Hukum fisika juga sampai beri pengaruh pada bagaimana manusia memandang cinta dalam diri mereka? Haha, bercanda. Tapi, gara-gara itu aku jadi berpikir kalau kok rasanya semua hal tentang cinta itu jadi terkesan bersifat fisik dan material semata, ya. Rasanya kalau orang pas-pasan seperti aku tidak pantas menyukai orang yang cakep seperti kamu. Atau aku tidak pantas menyukai perempuan secantik Mbak Luna Maya. Atau yang lainnya.
Itulah juga yang sebenarnya kadang suka buat aku jadi malas jatuh cinta. Sepanjang sembilan belas tahun usiaku. Entah kenapa semua hal manis tentang perasaan suka yang banyak orang gembar-gemborkan dari lirik lagu maupun cerita sinema itu hanya omong kosong belaka.
Di halaman-halaman sebelumnya aku telah beberapa kali memberi definisi cinta, bukan? Entah dari sudut pandangku sendiri maupun dari berbagai macam sudut pandang lain seperti teman-teman yang jauh lebih berpengalaman dari aku. Aku lakukan semua itu dengan harapan agar pandangan yang aku miliki menyangkut hal baru ini tidak akan sempit. Tidak hanya terbatas pada kapasitas otak manusia modern (homo sapiens, bukan homo paleojavanicus atau yang semacam itu) yang hanya seribu tiga ratus lima puluh sentimeter kubik. Sekitar beberapa kubik lebih besar dari volume otak nenek moyang manusia zaman dahulu ini.
Kesimpulan akhirku (yah, mungkin tidak akan jadi yang terakhir juga, sih, ngeri amat kalau yang terakhir berarti habis ini aku akan matek, dong) menyatakan bahwa cinta itu merupakan sesuatu yang luas dan juga dalam. Bahkan jauh lebih dalam dari kedalaman lautan yang bisa aku bayangkan. Tidak akan bisa jika hanya dijelaskan bahkan dengan seribu satu kata. Bukankah tidak berlebihan apabila kita menganggap cinta itu sudah seperti hukum aksi x reaksi dalam ilmu fisika. Karena itu aku berusaha memahami bahwa cinta tak cukup singkat untuk dipahami dalam hitungan hari. Ya, sepanjang hari demi hari tanggal demi tanggal di mana aku telah menulis dalam catatan yang jauh dari kata sempurna apalagi keren ini.
Yang saat ini sedang kamu baca, Kamelia, hanya catatan tidak jelas soal betapa besar dampak yang kamu timbulkan setelah pertemuan kita. Dan bagaimana aku akan tetap berusaha untuk menghadapi diriku dengan baik. Aku tidak peduli pada sisanya.
Maafkan aku dan catatanku yang jauh dari kata sempurna. Bisa jadi bahkan sama sekali tak memuaskan hati. Yang jelas aku ingin sekali kamu tau bahkan kamu itu sangat berarti. Tetap berada di sisiku walau tidak nyata dan hanya imajinasi. Kenyataan bahwa kamu ada saja sudah sangat membuat nyaman ini hati.
Terima kasih karena sudah lahir ke dunia dan muncul dalam hidupku hari itu, Kameli. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sekarang kalau hari itu kita tidak bertemu. Bisa jadi aku hanya akan tetap lewati kehidupan yang singkat lagi membosankan ini seorang diri. Dalam kehidupan yang sepi. Kadang tidak punya makna pasti.
Sudah banyak kata aku tulis dalam buku catatan ini. Yang mana setiap kata aku tulis dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga. Memiliki makna dalam di mana jadi latar dari tumpah ruahnya seluruh perasaan yang tak terucapkan. Sampai tadi siang salah satu temanku Afham memergoki aku tengah menulis catatan ini di salah satu sudut kafetaria kampus yang sepi.
Tanpa diduga ia melontarkan sebuah pertanyaan yang buat aku tersentak dengan perasaan tidak karuan. Terdiam cukup lama. Begitu lama.
Kamelia, apakah selama ini kamu sudah punya pacar? Iya, selama aku menulis buku catatan yang dibuat tanpa persiapan atau pengetahuan apa pun ini. Buku catatan yang aku buat dan lahir dari nafsu dan egoismeku saja untuk memilikimu suatu saat nanti. Padahal aku tidak tau apa pun tentang dirimu. Tentang banyak hal yang kamu bahkan tidak ceritakan.
Aduh, kok aku rasanya jadi sedikit malu, ya. Apa benar dan pantas semua yang sudah terlanjur aku tulis di buku ini? Apa tidak malah akan jadi memalukan? Jujur saja aku jadi malu sekali saat berpikir ingin menunjukkan catatan ini pada dirimu suatu saat nanti.
Seperti… terlalu banyak repetisi. Terlalu banyak pengulangan yang aku takut malah tidak ada arti.
Aduh, hidup kok begini amat, ya. Mau menghalu untuk masa depan indah bersama perempuan yang disuka saja ternyata susahnya benar-benar susah. Tidak terbayangkan susahnya akan sesusah ini. Tidak pernah aku bayangkan ternyata suka sama perempuan itu seribet ini, tapi buat senang. Buat jadi lebih banyak punya harapan. Walau aslinya tidak banyak juga yang bisa diharapkan.
Berharaplah hanya pada Tuhan, Hal Nara!
Sudah aku duga (tidak juga sih, aku tidak menduga hal ini sama sekali, pikiranku yang biasanya panjang tiba-tiba seperti dikorting paksa saat sedang bicarakan cinta). Sejak awal aku ini memang salah strategi. Di mana-mana kalau mau pergi berperang ya harusnya melihat medan perangnya dulu. Apalagi ini ”musuhnya” belum benar-benar dikuasai (cinta). Baru setelah itu menyusun dan membuat strategi p*********n. Ini aku yang ada malah lebih dulu sudah berputar-putar pusing duluan memikirkan bagaimana cara untuk menyatakan cinta padamu. Tanpa memikirkan faktor super krusial bin paling penting di sini, Kamelia, APA SEBENARNYA KAMU SUDAH PUNYA PACAR? Sudah atau belum? Belum atau sudah? Belum saja, ya. Biar bisa sama aku saja (lha, Hal Nara maksa).
Jika secara tidak terduga ada laki-laki maupun perempuan lain selain dirimu, Kamelia, yang membaca catatan tidak jelas ini. Aku harap mereka tidak lupa memeriksa medan pertempuran lebih dulu sebelum menyiapkan s*****a apalagi seenaknya maju ke laga pertempuran. Itu namanya b**o! Tidak punya otak! Nih, ya bayangannya tuh jangan sampai kalian akan bertempur di padang gurun tapi, yang dibawa malah peralatan perang amfibi seperti peralatan menyelam, baju karet, atau yang semacam itu.
Cinta memang bisa buat orang yang tadinya waras dan sehat jadi kurang sehat serta dimabuk kepayang secara tiba-tiba, tapi tetap rasakan bahagia yang tiada dua. Nyeri-nyeri sedap gitu lah, ya.
Huh, a***y waginjay. Ngomong apa sih aku?