"Sixteen for all: I knew that you are my future destiny but I don't know what should happen to reach that destiny. Will it be brutal? Will it be easy? Can I do something good about all of that?"
***
Tertanda hari ini, tanggal 2 April tahun dua ribu lima belas. Aku tidak tau apa yang akan terjadi, aku hanya ingin terus merasa baik. Sama saja seperti semua orang yang ada di dunia ini.
...
Sebenarnya aku bukan orang yang suka pada suasana sepi. Aku tidak mau sendiri. Aku tidak suka kesendirian, kehampaan, atau perasaan kosong yang buat diri tak nyaman. Tapi, sepanjang aku hidup dan mempelajari dengan cara apa dunia ini memainkan putarannya. Menjalin hubungan dengan orang lain memang memiliki sangat banyak risiko.
Sepertinya Karla menceritakan pertemuan yang ia lewati denganku pada dirimu. Dan entah kenapa, aku tidak tau apa alasannya, tapi kelihatannya kau tidak begitu suka pada hal tersebut. Walhasil tadi sore kau menghubungi aku dan berakhir marah-marah tak jelas juntrungannya.
Memangnya kenapa? Apa yang salah dengan hal sesederhana itu? Apa semua hal memang akan jadi masalah apabila berhubungan dengan seorang perempuan yang sedang bulanan? Apa kamu sedang dapat jatah bulanan saat bersikap seperti itu padaku, Kamelia? Aku paham sih kalau perempuan yang sedang lewati masa seperti itu memang suka jadi super sensitif dan suka marah karena hal tidak jelas. Tapi, apa juga sih yang kamu anggap bisa mengancam atau akibatkan hal buruk dari hal SESEDERHANA itu?
Apa, Kamelia? Apa? Jelaskan padauku! Aku memang calon dokter yang kata orang banyak punya otak lumayan pintar, tapi yah selesai di sana. Pelajaran soal bagaimana cara paling baik serta bijaksana dalam menghadapi wanita dengan segala kerumitan yang mandarah daging sejak zaman Siti Hawa itu belum ada katalisator untuk mengukurnya. Untuk memahaminya. Belum ada pelajarannya dan belum masuk kurikulum juga itu Kamelia semua hal tentang memahami hati perempuan yang tak berukur dan berjejak.
Aaaarrrgggh, saking bingungnya aku sampai menulis melantur ke sana sini jadi tidak nyambung dengan hal yang sebenarnya ingin aku bahas di awal. Apa, sih? Kenapa harus semenyusahkan ini untuk perempuan dalam hadapi sesuatu yang sebenarnya juga bukan masalah.
Oke, mari kita lebih tenang sedikit, Hal Nara. Jangan terlalu emosian. Kamu tidak boleh jadi orang emosian. Kamu itu calon dokter. Tidak boleh jadi orang yang tempramental. Terlebih karena suatu hal yang benar-benar sangat sederhana. Kalau tidak bisa menjaga apa yang kamu pikirkan berarti kamu sama saja membingungkannya dengan Kamelia yang saat ini sedang kamu pertanyakan.
Paham? Kamelia, aku minta maaf sebelumnya karena sudah terlalu menggebu-gebu dalam utarakan apa yang saat ini sedang aku pikirkan. Jadi, mulai sekarang mari kita jadi sedikit lebih tenang.
Gana bilang, ada kemungkinan kau merasa… bagaimana cra menyebutnya, ya? Ter-stalker-i? Terbuntuti? Merasa diawasi? Apa pun lah! Harusnya kamu menganggap itu sebagai usahaku untuk mencari bahan obrolan yang biasa saja, dong. Antara dua orang yang baru juga bertemu dan masih meraba-raba apa yang kami tau. Kami sukai. Bisa kami bicarakan agar suasana tidak jadi terasa canggung dan aku tidak terkesan seperti anak no life aneh yang tidak pernah bicara. Atau cowok yang sok keren dan sebagainya.
Aku sedikit kecewa, Kamelia. Tak aku sangka klau ternyata kamu memang benar-benar punya sikap yang seperti anak-anak. Jujur saja aku tidak terima, dong. Bagaimana bisa pria terhormat yang selalu menjunjung tinggi nilai sopan santun dan mertabat seperti aku kok dibilang stalker lah, penguntit lah, atau apa lah.
Tapi, sejurus kemudian aku tersadar lagi oleh sesuatu. Jika memang itu yang sesungguhnya aku rasa dan pikirkan akibat dari apa yang kamu lakukan, bukankah itu akan jadi perbuatan yang jauh lebih seperti anak-anak? Jauh lebih tidak dewasa dan tidak keren? Karena itu yang bisa aku lakukan setelah menyadarinya adalah dengan berusaha memahami apa yang sebenarnya buat kamu marah. Apa yang sebenarnya buat kamu merasa tidak suka dan terganggu. Iya, dong, kamu kan perempuan pertama yang aku suka. Kalau aku tidak belajar dengan baik dalam kesempatan kali ini lantas kapan lagi aku punya kesempatan untuk melakukan observasi? Mungkin kau sedang terusik oleh sesuatu. Kau tak perlu mengatakan apa pun itu jika kamu pikir hal itu akan lebih mengganggu. Aku hanya ingin kamu bersikap jauh lebih objektif lagi kala tengah berhadapan dengan suatu masalah.
Kasihan sekali kalau sampai orang yang tidak mengerti apa pun tiba-tiba kau marahi, ’kan? Hehe. Muah!
"Seventeen for all: I believe that something good will happen since the first time we met"
***
Tertanda hari ini, tanggal 3 April tahun dua ribu lima belas, hari di mana aku harap ada keberuntungan yang kita dapat seperti "bintang" yang jatuh menghujam planet ini setiap hari.
...
Apakah memang benar suatu ”kebenaran” itu punya fungsi pasti saat kita sedang berdiri di atas dunia yang penuh dengan cerita merana ini? Apakah merupakan suatu tindakan yang benar untuk membalas perbuatan jahat dengan perbuatan yang sama atau jauh lebih jahat? Apa yang sebenarnya harus kita lakukan dalam cara pandang untuk hadapi dunia yang makin hari hanya jadi makin kejam?
Bagaimana menurutmu? Apa yang kamu pikirkan tentang semua pertanyaanku? Atau malah semua kata di atas buat kamu berakhir mempertanyakan hal baru? Tenang saja, jika memang ada, suatu saat nanti aku harap akan tiba suatu masa di mana kita bisa bicarakan dan disukusikan soal itu semua bersama. Agar ada lebih banyak lagi hal tentang dirimu yang bisa jauh lebih aku pahami. Agar ada yang bisa lebih aku pelajari. Untuk memahami apa itu makna dari perasaan yang tengah menyerang diri. Sebuah p*********n ”halus” yang buat diri merasa jauh lebih aman dan bahagia.
Back to the topic!
Masalah yang ada di dunia dan hidup kit aitu memang bukan hanya tentang cinta semata. Dan sampai kapan pun aku tak boleh lupa akan kenyataan itu. Kuliah yang telah aku mulai dengan susah payah harus tetap selesai sesuai rencana. Tidak bileh molor sama sekali. Dengan bantuan kawan sepandai Afham, impian untuk meraih spesialis sebelum dua puluh lima tahun (semoga) tetap dalam genggaman.
Kamelia, bukan berarti aku akan menomorduakan dirimu atau jadi tak perhatian lagi padamu. Maupun perasaan yang aku punya padamu, semua itu kamu bisa percaya bahwa semua masih akan tetap sama seperti hari ini. Cinta memang sangat penting dalam hidup seorang manusia. Siapa pun bisa kehilangan segalanya apabila tak miliki cinta dalam diri mereka. Tapi, hidup yang baik aku maupun kamu miliki aku percaya itu juga sangat penting. Seperti yang pernah dikatakan oleh temanku, Andi.
Kapan-kapan jika ada waktu aku akan perkenalkan dirimu dengan teman-temanku yang luar biasa. Teman-teman yang telah banyak membantuku hadapi beragam situasi dalam hidupku beberapa waktu terakhir. Tidak, aku tak akan bisa bertahan jika tidak ada bantuan mereka. Mereka semua adalah orang yang luar biasa. Tidak diragukan lagi.
Ada Gana sahabatku yang walau telah berasal dari latar belakang keluarga yang sudah sangat mapan, namun memiliki sifat super pekerja keras dan pantang menyerah dalam hadapi semua masalah. Ada juga sobatku yang punya nama Afham. Seperti namanya, Afham, ia orang yang sangat mudah saat memahami sesuatu. Cepat faham begitu. Walau ia sangat pandai, tapi juga begitu rendah hati dan selalu bersikap sopan pada semua orang. Ada Andi yang walau kadang memang punya sikap agak selengekan, tapi kadang juga bisa tiba-tiba jadi sangat bijak. Ada juga Rino yang selalu bersikap apa adanya. Sikap jujur yang ia miliki cukup banyak beri aku bantuan.
Selain mereka, aku juga terinspirasi oleh kakak laki-lakiku yang keren, Sasha namanya. Jadi, dulu kan kami pernah bersama menghadiri suatu pesta pernikahan. Di sana ia bertemu dengan gadis yang menarik. Ajak kenalan setelah itu minta nomor hape dan ujungnya jadian. Sungguh mudah sekali? Aku memang anak kemarin sore.
Tolong ciprati aku sedikit saja keberuntungan yang kamu punya soal cinta, Bang!!! Haha.
Besok. Mungkin dua atau tiga hari lagi. Aku akan menyatakan perasaan yang selama ini aku miliki padamu. Apalagi kata Karla peruntungan yang kamu punya soal cinta (juga) tak begitu bagus bin mulus. Bukan maksud hati meledek, ya. Hanya coba punya harapan walau sedikit saja bahwa peruntungan yang kurang beruntung itu suatu saat nnati akan bisa berubah jika dengan aku.
Semoga saja, ’kan? Aamiin yaa rabbal alamiin.