"Fourteen for all: I am sure that you are my future destiny and it will be"
***
Tertanda hari ini, tanggal dua puluh lima Maret tahun dua ribu lima belas atau hari di mana aku sedang galau sama seseorang yang itu bukan kamu, Kamelia. Tapi, tenang saja. Ini bukan seseorang yang akan bukan kamu atau siapa pun merasa cemburu.
...
Hari ini Gana, satu-satunya teman yang sampai berani aku beri gelar sebagai seorang pakar cinta, kembali memberi petuah seolah ini adalah akhir dunia; apabila seorang laki-laki sampai bersikap terus menunggu respon dari seorang perempuan dan malah berakhir pasif untuk memulai pergerakan maka lebih baik dia saja yang berdiri di sisi perempuannya. Kalau boleh jujur aku sedikit, maksudnya lumayan terenyuh kala mendengar petuah tersebut. Habis kan terakhir kali kemarin terjadi hal yang kurang menganakkan di antara kami. Aku harap saran yang akan ia beri kali ini tidak ngaco lagi.
Berbekal keyakinan menulis puisi. Aku menulis rangkaian metafora kata untuk mengungkapkan makna dari apa itu cinta sebenarn…
Eh… sebentar, sebentar, sebentar!
Heran juga aku aslinya. Baru kemarin lho, benar-benar masih segar dalam ingatan, masih hangat hangat oven baru matang aku ingat sekali dia baru saja melarang aku untuk jatuh cinta pada dirimu, bahkan pada segala hal. Lha, sekarang dia malah sok kembali beri aku nasihat soal bagaimana harus memperlakukan cinta.
Memang dasar manusia berdarah biru sableng. Kasihan sekali itu leluhurnya yang dari keraton, punya keturunan malah susah dipahami apa yang ia pikirkan. Duhai Raden, Gusti, Kanjeng, Prabu, Ndoro, atau semua yang semacam itu yang mungkin juga ikut melihat catatan ini dari langit ketujuh sana, Gan itu walau seperti “demikian” sampai hari ini masih menjabat sebagai calon dokter, kok. Masih ada yang bisa njenengan semua banggakan dari dia.
"Fifteen for all: I already know that you are my future queen"
***
Tertanda hari ini, tanggal satu April tahun dua ribu lima belas di mana aku habis menemukan hal baru yang buat perasaan jadi sangat senang. Soal apa itu? Tentu saja, kamu pasti tau.
...
Andai saja kita sebagai manusia makhluk ciptaan Tuhan Yang maha Kuasa di dunia hanya dipenuhi oleh masalah cinta. Tidak perlu memikirkan bagaimana car acari uang. Tidak perlu memikirkan nanti malam mau makan apa atau tidur di mana. Tidak perlu memikirkan harus cari kerja apa, melamar di mana, dengan kualifikasi apa. Tidak perlu sekolah dengan segala macam kesulitan dan tantangannya. Andai saja itu semua tidak kita perlukan. Andai saja yang kita butuhkan dalam hidup hanya jatuh cinta seperti yang selalu ada dalam cerita pelipur lara.
Aku rasa semua orang yang sedang kasmaran dalam hidup mereka pasti akan punya pikiran seperti itu. Singkirkan masalah sekolah. Pergilah ujian. Juga pertemanan.
Sepertinya jadi terdengar cukup ironis, yah. Untuk aku sendiri yang baru sekejap mata punya banyak teman, punya banyak orang yang bisa diajak bicara, bisa diajak bertukar pandangan agar pemikiran tidak sempit karena sendirian. Tapi, ada saja yang tidak suka. Sebenarnya aku tidak suka permusuhan. Tapi aku juga tidak suka kehidupanku dicampuri.
Anak yang sangat menyebalkan itu punya nama Muh Ibnu. Padahal namanya sangat bagus, terkesan agamis sekali dan sangat cocok apabila dimiliki oleh orang yang dalam satu hari akan pergi ke rumah ibadah lima kali untuk menyambut panggilan wajib dari Tuhan mereka, tapi sikap yang ia miliki sendiri sungguh setania.
Mungkin kamu bingung kenapa tiba-tiba ada tokoh baru antagonis dalam catatan soal cerita hidupku yang harusnya lempeng-lempeng saja ini, Kamelia. Walau mungkin memang sedikit telat, tapi biar aku jelaskan siapa orang menyebalkan itu. Aku sudah menyebutkan namanya di atas. Dia adalah teman dari teman-temanku yang kalau boleh jujur juga aslinya tidak ada hubungan langusng dengan aku. Entah bagaimana juga tiba-tiba kami jadi ”bersinggungan” dan aku harus memasukkan namanya dalam catatan agungdi mana aku harap hanya ada hal bagus di dalamnya ini. Tapi, sekali lagi, ini adalah hidup, Kamelia. Tidak ada hidup di dunia nyata yang isinya hanya enak-enak saja. Kalau mau seperti itu mah ibadah yang rajin, jadi orang baik, menjalani hidup dengan sempurna tanpa cacat, segeralah mati, dan kalau beruntung masuk surga saja sana!
Iya kalau beruntung. Tapi, aku rasa untuk orang macam dirimu sih tidak akan semudah itu.
Bukan main, ya. Perasaan cinta sampai buat aku jadi cowok yang lebih gampang kebawa perasaan. Baper. Brittle. Tempered. Atau apa saja lah namanya.
Apakah cinta buat laki-laki jadi jauh lebih lemah? Atau malah sebaliknya? Aku tidak tau.
Aku tidak tau, mungkin orang tidak jelas itu merasa aku sebagai pesaing atau apalah. Dia selalu berusaha untuk menggencetku di belakang. Dan sayangnya aku tak akan mungkin mengatakan hal itu pada yang lain. Bisa-bisa nanti aku malah dijauhi dan dikatai dengan kalimat pamungkas para tukang bully: Dih, BAPER.
Anak dengan wajah aneh itu, duh aku jadi body shaming saking kesalnya, mengatakan begitu banyak hal buruk mengenai diriku. Saat aku berusaha untuk tetap berkepala dingin dan menanyakan apa maksud dari hal yang ia utarakan. Ia malah hanya menjawab dengan tatapan tanpa tanggung jawab, “Yah, saya nggak ada niat apa pun, kok.” Hanya orang yang mentalnya kurang sehat sih yang aku rasa bisa melakukan sesuatu tanpa memiliki niat apa pun.
Untung saja manusia semacam dia bukan calon dokter. Yang ada pasti dia amputasi semua pasien yang habis tersandung atau jarinya terjepit pintu.
Saat aku berusaha untuk lakukan suatu hal yang aku pikir cukup baik pada anak s**l itu. Ia malah akan berkata, “Saya sama sekali nggak berpikir kamu habis lakukan perbuatan baik, kok. Jadi, jangan harapkan respon baik juga dong dari saya.” Ia katakan semua hal menyebalkan itu dengan tampang datar plus tersenyum sok tak punya dosa.
Mungkin ia memang merasa dirinya sudah pasti akan mask surga jika matek nanti.
Mungkin inilah cobaan untuk pertemananku. Sebelumnya aku adalah anak yang menghindari nyaris segala macam bentuk kontak apa pun dengan anak lain. Logika yang aku punya memang seperti itu kalau tidak mau disakiti, tersakiti, atau menyakiti. Singkat cerita jadilah aku hanya dekat dengan Gana yang buat kami sudah seperti kembar beda nasib yang tak terpisahkan.
Ah, masih ada kabar lain lagi yang ingin aku bagikan denganmu hari ini, Kamelia. Beberapa hari lalu, mungkin kemarin, atau kemarinnya lagi aku bertemu dengan satu orang anak yang ternyata kuliah di satu universitas yang sama dengan kamu. Anak itu merupakan seorang gadis yang punya nama Karla dan berasal dari fakultas ekonomi. Sebenarnya kami bisa sampai bertemu dan kenalan itu bukan karena kebetulan atau apa, tapi karena dikenalkan oleh Afham, sih.
Meski berasal dari jurusan yang berbeda ternyata dia kenal sama kamu, lho. Kamu pasti anak yang cukup populars dan dikenal oleh banyak orang ya, Kamelia. Tidak seperti aku. Hahaha. Selain bertemu dan berkenalan Karla juga bersedia berbagi cerita soal beberapa hal tentang kamu di kampus. Seperti kehidupanmu yang ia tau. Bagaimana kamu sehari-hari. Dan juga yang lain.
Aku senang mendengar semua hal tentang kamu, Kamelia. Mengetahui semua itu sedikit banyak buat aku jadi makin percaya diri bahwa masih ada harapan untuk masa depan yang aku harapkan akan terwujud denganmu suatu saat nanti.
Kamelia, apa kamu juga rasakan hal yang sama dengan aku? Ataukah ini hanya perasaan yang berjalan secara sepihak saja? Aku harap tidak, tapi aku ingin itu jadi suatu kepastian. Semoga suatu saat nanti sungguhan terwujud. Apa yang selama ini selalu kita harap dan doakan.
Aamiin.