"Thirteen for all: I hope you are my everything, Kamelia. Let me hope that yesterday will be a better day and will come the moment that cheers us"
***
Tertanda hari ini, tanggal dua puluh Maret tahun dua ribu lima belas di mana aku galau gara-gara sesuatu yang dilakukan oleh sahabatku. Fiuuh, ini benar-benar hari yang melelahkan. Tapi, aku masih punya harapan besar untuk hari esok di mana mentari akan bersinar dengan lebih jumawa untuk kita semua manusia yang hidup di dunia. Semoga bisa selalu bawa kebahagiaan, ya.
...
Hari ini aku senang karena ujian pelajaran dapat aku lalui dengan lancar (walau setelah itu datang ujian lain yang tidak bisa aku lewati dengan lancar selancar ujian pertama, itulah yang aku sebut sebagai ujian kehidupan, aakkh). Itu semua karena ada wajahmu yang terus terbayang terus di kertas soal. Buat segala pengerjaan jadi terasa jauh lebih mudah. Habis ada motivasinya.
Aduh, kasmaran ini mah namanya. Haha.
Namun, mari kita menyingkir sejenak dari hal yang menyenangkan saja dan mulai beranajak untuk menyapa kenyataan di mana kadang hanya ada cobaan serta kesengsaraan di sana. Tanpa kami duga ada sedikit hal buruk terjadi saat aku dan beberapa ornag temanku berkumpul untuk mengobrol dan bersantai di kantin seusai ujian. Sebenarnya kami hanya ingin membahas beberapa hal mengenai materi soal yang diujikan. Tidak ada hal serius yang ingin kami bicarakan. Bahkan ingin membahas soal cinta pun rasanya tidak. Benar-benar hanya ingin mengobrol santai melepas penat usai menghadapi ujian yang bisa jadi akan menentukan masa depan.
Apakah kejadian buruk itu? Yak, secara tiba-tiba tanpa siapa pun duga hidungku mengalami mimisan. Padahal, sekali lagi, aku tidak habis atau sedang melakukan hal yang kiranya bisa akibatkan hal tersebut sampai terjadi. Kalau respon yang aku keluarkan sih ya biasa saja. Toh, selama menjalani kegiatan pembelajaran sebagai calon dokter juga yang namanya melihat darah itu rasanya sudah jadi makanan sehari-hari. Mimisan saja untuk aku pribadi sih tidak ada bedanya dengan buang ingus atau lecet karena kebeset untuk orang biasa.
Tapi, tidak begitu dengan Gana. Hal yang sama tidak ia rasakan. Dia malah cenderung menyikapi “lecet kebesetku” ini dengan sangat berlebihan dan malah jadi jauh lebih mengejutkan dari mimisan yang sebenarnya aku alami. Asli, lebay sekali, deh. Yang lebih gila lagi sikap lebay itu malah mendapat respon setuju dan jadi diikuti oleh para teman yang lain.
Mereka dengan seenak udel bilang kalau, mana ada calon dokter malah penyakitan, dah. Kok calon dokter penyakitan, sih. Duh, sakitnya tuh di sini ketika mendengar kalimat seperti itu. Ditambah juga aku yang tidak mengerti apa pula korelasi antara kata penyakitan dengan calon dokter. Woy, bang! Calon dokter juga tuh manusia biasa. Homo sapiens produk revolusi manusia zaman batu yang masih punya sifat-sifat manusiawi. Bukan makhluk mutan atau organisme setengah robot seperti transformer. Tidak, bukan begitu. Bahkan dokter super jenius yang bisa menghadapi berbagai macam penyakit unik dan hanya ia yang mampu menemukan proses penyembuhannya seperti Dokter Mikoto Saijo dari cerita berjudul The Best Skilled Surgeon yang aku ceritakan pada beberapa malam silam saja tuh punya kekurangan yang sangat fatal karena ia pernah mengalami operasi dan memiliki penyakit organ dalam yang cukup parah. Dalam cerita yang tidak nyata saja pun masih maklum untuk seorang dokter sampai memiliki kekuranga. Apalagi aku, Hal Nara, calon dokter di dunia nyata yang sama sekali tidak istimewa.
Padahal aku tidak apa-apa. Tidak terjadi apa pun pada tubuhku kecuali ada cairan merah yang secara tiba-tiba menetes keluar dari dalam lubang hidungku. Sepanjang pengetahuanku sebagai seorang calon dokter sih yang Namanya mimisan itu sendiri sangat normal untuk terjadi dan bisa disebabkan karena banyak faktor. Ada banyak alas an yang mendasarinya dan tidak semua berarti mengerikan seperti tanda penyakit kanker atau yang semacamnya sering ditunjukkan di film-film untuk hiperbola cerita. Tidak, bro, tidak. Kebetulan saja cuaca hari ini memang cukup panas, sih. Tapi, mereka malah memperlakukan aku sudah seperti anak kecil yang tidak bisa mengurus diri sendiri.
Please, please, please, cobalah mengerti! Yang mencinta, fortune coo… eh kok malah jadi nyanyi? Haha, bercanda.
Alhasil mereka bawalah aku menuju ruang kesehatan untuk mahasiswa kampus. Saat berada di sana, tertinggal hanya aku dan Gana saja yang dengan baik hati dan welas asih berkata bahwa ia bersedia meluangkan waktunya yang berharga untuk memastikan bahwa tak akan ada hal buruk lain yang terjadi padaku pasca mimisan itu.
Dan, hal paling buruk yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan terjadi dalam hidupku pun terjadi. Gana bilang bahwa sebaiknya aku berhenti mencintai dirimu. Berhenti memupuk harapan pada barisan kata yang aku tulis dalam catatan tidak jelas penuh makna yang saat ini sedang kamu baca. Ia berkata juga malah kalau bisa sebisanya aku benar-benar berhenti mencintai saja. pada segala hal. Tidak hanya pada dirimu, namun juga pada hal apa pun yang mungkin akan (aku rasa untuk saat ini tidak akan ada yang mungkin bisa sih) menggantikan posisimu di masa depan nanti.
Tidakkah kamu pikir bahwa hal semacam itu terdengar sangat suram? Gana itu calon dokter lho yang hadir di dunia dengan tugas membawa harapan serta kebahagiaan pada para manusia penghuninya. Kenapa ia sendiri jadi orang yang sangat suram dan antipati, sih? Aku tidak bisa mengerti akan hal itu.
Membiarkan mimisan menghalangi cinta hanya akan dilakukan oleh seorang laki-laki pecundang yang punya hati lemah. Tidak ada bedanya dengan harapan yang kamu miliki, tapi harus terhalang oleh situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan. Aku juga akan terus perjuangkan semua impian dan harapanku, lho. Tidak akan menyerah atau pasrah pada situasi yang tidak enak dan malah ingin lakukan hal buruk untuk melampiaskannya. Hasratku untuk terus pertahankan cinta yang baru pertama aku rasa dalam hidup ini tak akan aku lepaskan semudah itu.
Untuk terus menaruh perasaan cinta ini pada dirimu, Kamelia.
Sampai detik ini aku masih belum tau apa alasan Gana yang awalnya biasa saja dan malah cenderung mendukung cerita kisah cinta yang aku rasaka padamu itu tiba-tiba jadi berubah. Apa karena aku mimisan? Apa Gana berpikir aku jadi mimisan karena suka sama kamu? Tidak masuk akal sekali sih dia. Memang Gana pikir kamu itu suhu udara yang ekstrim atau semacam jenis penyakit apa? Tidak, aku tidak akan membiarkan ada orang di sekitarku yang merasa dan berpikir bahwa hadirmu yang indah dalam hidupku ini malah akibatkan hal buruk terjadi. Tidak akan ada satu pun orang yang aku biarkan berpikir seperti itu. Karena nyatanya keberadaanmu adalah hal yang telah sekian lama aku tunggu. Dan malah beri aku semangat untuk menjalani masa depan yang mungkin tak akan indah. Tak akan seindah ekspektasi. Tapi, bisa jadi juga tidak akan seburuk yang sudah sekian lama kita wanti-wanti.
Aku tidak mengerti kenapa Gana bersikap seperti itu. Untuk saat ini apa yang ia katakan benar-benar buat perasaan dan feelingku jadi buruk. Apakah memang akan terjadi hal yang tak aku harapkan di masa depan nanti? Padahal yang aku inginkan hanya bersama dengan wanita yang aku cintai. Meracut masa depan bersama dengan dirimu.
Mewujudkan semua hal indah yang telah aku bayangkan bersamaan dengan ditulisnya semua catatan ini. Aku tidak akan menyerah semudah itu. Aku berjanji.