Aku menjinjit langkah pelan menuruni anak tangga. Berhati-hati agar tidak menimbulkan suara. Kuambil sepasang sepatuku dan menjinjingnya menuju pintu. Napasku tertahan disaat meraih gagang pintu. Namun saat akan keluar, tiba-tiba lampu menyala. “Mas Fatir...!” aku berseru kaget melihat Fatir yang sudah berdiri di depanku. Dengan sedikit kasar Fatir menarik lenganku dan membawaku duduk di ruang tamu. Aku menundukkan kepala dan tidak berani melihat padanya. Ini sudah untuk yang kesekian kalinya aku tertangkap basah. Saat ini dia tengah mondar mandir di depanku sambil memijit kepala. Fatir duduk di atas meja tepat di hadapanku. Napasnya terdengar begitu berat. Aku merasa tidak nyaman dan bermaksud untuk segera pergi. tapi Fatir menarikku untuk kembali pada posisi semula. “Apa kamu akan