Cinta Kedua

1993 Kata

Matahari belum terbit sepenuhnya. Fatir dan Abi masih tertidur pulas. Tetapi aku sudah bangun dan menyiapkan segala keperluan Fatir. Menyetrika pakaian, memasak sarapan, menyemir sepatunya yang sudah berdebu dan juga menyiapkan air panas untuk dia mandi. Inah dan Mbok Asih terlihat tidak enak hati melihatku yang ikut bekerja. Mereka selalu mencegahku saat hendak mengerjakan sesuatu. Wajah mereka berdua terlihat khawatir dan cemas. Aku tersenyum geli melihat tingkah keduanya. “Nanti Bapak marah.” Inah terus mengulang kalimat yang sama. “Biar Mbok aja yang ngerjain semuanya,” sambung Mbok Asih. “Tenang saja,” ucapku. “Nanti kalau Bapak marah, saya bakalan balik marah sama dia.” Aku terkekeh menahan tawa. Sementara Mbok Asih dan Inah saling pandang dengan muka tegang. Mereka tetap saja

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN