Aku, Andini dan Abi sudah berada di dalam pesawat menuju Jakarta. Abi terlelap dalam balutan jaket lusuh Ayahnya. Ketika aku menarik jaket itu dia terbangun dan mengamuk. Andini tersenyum canggung melihat tingkahnya itu. Sementara aku kesulitan menyembunyikan mimik wajahku. “Apa dia selalu seperti itu?” tanya Andini. “Iya,” jawabku. “Alia, apa kamu yakin baik-baik aja?” Pertanyaan Andini menyentakkan hatiku. Aku terdiam dan tak sanggup berkata-kata. Aku langsung menyeka bulir air mata yang jatuh. Aku sendiri juga tidak mengerti mengapa begitu sulit untuk melupakannya. Semakin keras upayaku untuk menghapusnya dari ingatan, semakin kuat pula keinginan untuk kembali melihatnya. “Al... boleh aku nanya sesuatu sama kamu?” Andini kembali bertanya. “Apa?” Andini manarik napas, dia terl