Aku buru-buru menyalakan komputer, membuka beberapa berkas, lalu memeriksanya dengan teliti. Kuambil kacamata dari laci, agar bisa melihat lebih jelas. Kutarik napas panjang sambil melenturkan jari-jari sejenak. Sepertinya ini akan jadi hari yang melelahkan. Aku menyambar ponselku yang bergetar di atas meja. Aku tersenyum melihat nama yang tertera di layar. Kuapit ponsel itu di antara pipi dan bahu sambil terus memeriksa setumpuk berkas di hadapanku. “Hai, Andin!” “Hai, Alia, lagi ngapain?” “Ini lagi sibuk ngurus dokumen buat meeting sama dewan direksi. Kamu sendiri?” “Aku baru aja selesai sarapan, rencananya mau lanjut beres-beres rumah.” “Hah, jam segini baru sarapan?” tanyaku. “Iya, habis Nafanya rewel. Maunya digendong terus sama mamanya. Makanya nunggu dia tidur dulu, baru