Lima tahun sebelumnya. Lelaki itu berjalan dengan percaya diri, sambil menyeret sebuah koper besar di tangan kirinya. Sebelah tangannya yang lain memegangi telepon yang baru saja digunakannya untuk menelpon. "Devan." Sebuah teriakan tersebut membuatnya melepaskan kaca mata hitamnya. Dia tersenyum melihat siapa yang telah menjemputnya. "Andai saja kamu telat, akan kupastikan aku akan kembali ke Jerman," ucapnya bercanda sambil terkekeh pelan. "Maaf, hanya saja ayahmu benar-benar memberikan banyak tugas untukku. Sepertinya, dia telah siap pensiun dan mempersiapkanmu sebagai penggantinya," kata Erik. Dia memeluk sebentar teman sekaligus orang yang akan menjadi bosnya tersebut. "Kamu tahu jika itu tidak akan pernah terjadi. Ayolah, aku masih ingin bersenang-senang," keluh Devan berde