Elaine tak bisa menjawab. Dia hanya terdiam, bingung dengan kalimat apa yang akan dia ucapkan. Dirinya benar-benar merasa gugup, apalagi dengan dua pasang mata yang menatapnya lekat. Wanita itu baru saja mengulurkan tangan, hendak mengambil bungkusan makanan dari Rival. Tapi tiba-tiba Devan dengan cepat menggenggamnya. "Dia tidak butuh itu lagi, kamu bisa membawanya pulang," kata Devan menyela. Lelaki itu terang-terangan menunjukkan rasa tak sukanya Rival. Sedangkan Rival terkekeh pelan. Dia menarik tangannya kembali. Sambil menatap Devan berani dia berkata, "Aku sangat kasihan pada Elaine." Tampaknya Devan terprovokasi. "Apa maksudmu?" Dia sampai maju ke depan, bersiap untuk menarik kemeja Rival. "Devan." Untungnya Elaine dengan cepat menahannya. Wanita itu kembali menggenggam ta

