"Maaf, maksud saya Pak Devan," ucap Elaine lagi. Dia masih waras mengingat jika ini adalah perusahaan. Seharusnya dia tak memanggil bosnya itu secara gamblang, meskipun hatinya sedang berkecamuk saat ini. Wanita itu seolah tak memberikan kesempatan Devan untuk membuka mulutnya. Dengan sikap penuh sopannya, Elaine sedikit membungkuk lalu berkata, "Saya permisi dulu, maaf telah mengganggu perjalanan Anda." Tapi bukan Devan jika dia tak mengabaikan sekitarnya. Dengan sikap tak acuh, dia menahan tangan Elaine yang ingin berbalik. "Tunggu dulu." "Ya?" Elaine menatap Devan dengan kedua alis terangkat. Tangannya bergerak cepat melepaskan genggaman tangan Devan. Devan yang menyadari sikapnya segera berdehem. Dia melepaskan tangan Stevanie, lalu berlagak merapikan jasnya. "Aku ingin kamu i

