"Kak, aku berangkat kuliah dulu, ya?" Pamitku pada Om Redi keesokan harinya. Aku berdiri di ambang pintu, memandanginya yang terus mengusap-usap kepala Raja di bok bayinya. Tatapan suamiku terus tertuju ke anak kami. "Kalau bukan karena kau, sudah minggat tinggalkan dia ayah niii." Jantungku seperti diremas kuat mendengar ucapan Om Redi barusan. Mataku memanas dan tahu-tahu air mata jatuh ke pipiku. Aku mengusapnya cepat. "Kak, aku berangkat dulu ya, Kak?" ucapku lagi. Suamiku itu sama sekali tak menoleh. Aku pun mendekat lalu memeluknya dari belakang, air mataku membasahi kaus yang dikenakannya. "Aku bener-bener gak selingkuh, Kak. Sumpah demi Allah." "Kau malu akui kakak ni suami kau padahal kau yang kejar-kejar aku dulu." Aku terisak lirih. "Aku minta maaf, Kak, aku janji gak aka
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari