Kenapa kakak senyum-senyum?" Putri mendongak mandang aku. Aku usap kepalanya. "Tak apa, ingin senyum masa tak boleh." "Kirain, senyum-senyum karena bertemu aku." Aku jawil pipinya. "Haish, adek nii." Putri tersenyum simpul. Aku buang napas kuat saat lihat Zain dan Cinta jalan ke sini sambil bergandengan tangan. Bukan aku tak senang mereka dekat-dekat aku, tapi tingkah Zain yang mesam-mesem begitu buatku gedek. "Kontak sini!" Aku ulurkan telapak tangan ke arahnya. Zain mengernyit. "Kontak buat apa?" "Buat aku naik motor lah nanti sama Putri. Kau sama Cinta naik mobil." Zain pun rogoh saku celananya, memberikannya sambil mengedipkan mata. "Jangan lupa, Red, janjimu, atau aku yang bilang sendiri pada Putri." "Apa, Yah?" Putri menatap ayahnya penasaran. Zain menggeleng sementara aku