“Pagi, Sayang.” Sapaan hangat Abimanyu menyambut Ry yang baru saja berjalan meninggalkan paviliun. “Pagi, Pa,” balas Ry ceria. Abimanyu mendaratkan kecupan ringan di kening putrinya, lalu bertanya, “Hari ini ke kampus?” “Iya, Pa.” “Sendiri atau dijemput?” Kalau dulu, hal seperti ini tentunya tidak perlu ditanyakan pada Ry karena gadis itu pasti sendirian setiap kali ke kampus. Bersama si Boncel tentunya. Namun, akhir-akhir ini Ry sering diantar jemput oleh dosennya. Terkadang Girish, tetapi jauh lebih sering Alsaki. “Sendiri, Pa,” jawab Ry malu-malu. “Mau ikut Papa?” tawar Abimanyu. Ini merupakan kesempatan baik yang dapat ia gunakan untuk berbicara secara bebas dengan putrinya. Kalau di rumah dan ada pendengar lain, Abimanyu kerap merasa tidak bebas mengobrol dengan Ry. Ry mengern