Girish duduk diam mengamati Ry yang sejak tadi termangu di hadapannya. Siang ini seharusnya jadwal bimbingan Ry. Gadis itu memang datang sesuai jadwal, tetapi sayang hanya tubuhnya yang ada di ruang bimbingan bersama Girish. Jiwa dan pikirannya entah ada di mana. Sejak Girish masuk ke ruang bimbingan, ia mendapati Ry hanya melamun saja. Saat diajak bicara pun seperti ada dan tiada. Jujur Giris gemas melihatnya, apalagi ia tahu penyebab Ry jadi seperti ini. Kejengkelan Girish makin menjadi saat memeriksa bahan bimbingan Ry yang kemajuannya bisa dikatakan nol besar. “Hanya segini progres kamu?” Suara Giris terdengar galak dan tatapan matanya terasa tajam menusuk. Ia bertanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan tidak sabar. “Maaf, Pak.” Ry tertunduk kikuk. Girish menggeleng gemas. “Sedikit