Ketika pada akhirnya Saga menikahi Melati, Tini sempat merasakan patah hati. Namun ia tetap legowo, sadar diri, tetap diam mengendalikan hati. Dia sadar kalau dirinya hanya figuran di sana. Di antara mereka yang menjadi bagian dari rumah megah itu. Namun sekarang, jiwanya yang tenang diguncang oleh apa yang ia dengar beberapa menit yang lalu. Memang melihat Akbar terbit iba dihatinya. Ia tahu bagaimana majikannya itu meratapi kehilangan dan menyesali kesalahannya. Tidak jarang ia melihat Akbar duduk melamun sambil merokok. Dulu Saga yang melakukan hal seperti itu, saat ini ganti kakaknya pula. "Tin." Suara Bu Rista dan ketukan di pintu kamar membuat Tini kaget bukan main. Jantungnya serasa hendak melompat keluar. Astaghfirullah. "Ya, Bu." Tergesa Tini membuka pintu. "Kamu sudah siap?"