“Kau cantik…” Peony tersipu. Namun tangannya memukul bahu Kheil dengan gemas untuk menutupi rasa malu. “Mulutmu manis sekali!” sarkas Peony. Kheil tersenyum kecil. Wajahnya masih terlihat murung meski tak ada tangisan seperti tadi. Entah berapa lama Kheil menyalurkan kesedihannya. Pria itu benar-benar menangis di dalam pelukan sang istri. Peony menuntunnya agar mereka kembali berbaring karena sesunggungnya tubuh Peony masih letih. Ia juga ingin Kheil lebih nyaman dengan posisi seperti sekarang, berbaring berhadapan dan saling tatap. Darah Peony berdesir saat kali ini Kheil membelai pipinya. “Aku mencintaimu…” Peony membelalak. Ia menggeleng kencang. Wajah Kheil kembali berubah datar. Kedua alisnya menukik kesal. “Kenapa kau menggeleng?” “K-kau salah bicara ya?” tanya Peony gugup. J

