Kecupan pertama yang tak tertahankan (Adrian)

1200 Kata
"Raisa, aku mau mengambil mobil dulu, kamu tunggu saja di sini!" ucap Adrian. Raisa menggelengkan kepalanya, dia makin erat memeluk lengan Adrian. "Tidak mau! Aku mau ikut kamu saja mas," ucap Raisa. "Tapi mobilnya cukup jauh dari sini, takutnya kamu lelah nantinya," jawab Adrian. "Tidak apa-apa mas, pokoknya aku mau ikut sama kamu jangan tinggalin aku sendirian di sini," ucap Raisa, matanya berkaca-kaca, dia benar-benar takut kehilangan Adrian karena bayangan saat dia dan Adrian jatuh di tebing kembali terlintas dalam pikirannya dan saat itu, Adrian jatuh lebih dulu meninggalkan dirinya sendirian. "Raisa, hanya sebentar kok! Kamu tunggu di sini ya! Kondisi tubuh kamu juga masih belum sehat, aku takut kalau ...." "Aku baik-baik saja mas! Pokoknya aku mau ikut," kukuh Raisa. Adrian menghela napas panjang, dia sangat senang tapi sisi lain sedikit khawatir karena kondisi Raisa yang belum sehat itu. "Baiklah, kalau kamu mau ikut, kita pergi sekarang," jawab Adrian. "Hummm, ayo mas! Ternyata tubuh kamu nyaman sekali kalau dipeluk seperti ini mas," celetuk Raisa. Membuat seluruh tubuh Adrian menegang. "Apa maksud kamu? Jangan punya pikiran kotor!" tegas Adrian tapi dalam hatinya, dirinyalah yang memiliki pikiran itu. "Isa, kalau kamu terus seperti ini, aku takut tidak bisa menahan hasratku! Karena mau bagaimana pun, aku ini pria normal kalau kamu terus seperti ini, takutnya tanpa sadar aku bisa menerkam kamu," gumam Adrian, dia menggertakkan giginya, menahan dirinya sekuat tenaga. Raisa tak hanya terkekeh, dia tak menjawab ucapan Adrian dan terus dengan posisi seperti itu sepanjang jalan sampai menemukan mobil mereka. Setelah itu keduanya langsung masuk dan Raisa kembali memeluk lengan Adrian. "Raisa, kamu ...." Adrian terkejut. "Pokoknya aku mau terus menempel sama kamu mas! Ah iya ...." Raisa mengubah pelukannya jadi memeluk lengan Adrian dan menyandarkan kepalanya di bahunya. "Mas, tubuh kamu bagus juga ya!" Ucap Raisa. Membuat Adrian yang sedang memegang stir pun menekannya sangat kuat. "Raisa, kita lagi di dalam mobil! Kamu jangan ...." "Arrgghh sialan! Aku tidak bisa menahannya lagi!" Tiba-tiba Adrian melepaskan pegangannya dari stir dan membalas memeluk Raisa. "Raisa, kamu yang terus memancing aku! Jangan salahkan aku kalau aku sedikit kasar!" ucap Adrian. Dia pun segera mencubit dagu Raisa lalu mendaratkan bibirnya ke bibir Raisa. Raisa terkejut dan matanya melotot saat itu juga. "Mas, kamu ...." Raisa tak bisa bicara, karena bibir Adrian mulai melumatnya semakin dalam. Membuat Raisa tak bisa lagi menolaknya dan dia pun membalas setiap lumatan serta hisapan-hisapan lembut yang membuat keduanya mulai terjebak dalam dunia fantasi cinta yang sangat indah. Raisa memejamkan matanya, dia merasakan jika cintanya Adrian yang tulus itu terasa sangat manis dan Raisa, tak akan menolak cinta itu lagi, dia akan menerima cinta itu bahkan akan membalas cinta itu sampai kebahagiaan hanya milik mereka berdua. Untuk beberapa saat, waktu seolah berhenti sejenak dan Adrian yang sudah tak bisa menahan dirinya lagi untuk menyembunyikan perasaan cintanya, dia tunjukkan dan itu terlalu berlebihan sampai akhirnya, Raisa merasa sesak karena kehabisan napas, Adrian pun melepaskan bibirnya. "Huh ... Hahh! Mas kamu ...." Raisa menghirup udara sebanyak-banyaknya, dadanya sangat sesak karena ciuman Adrian terlalu agresif. "Maaf!" ucap Adrian sambil menyeka bibirnya. Raisa yang wajah memerah karena kehabisan napas serta suaranya yang masih tersengal-sengal pun, menatapnya dengan tatapan lembut. "Tidak perlu minta maaf mas, sangat wajar kalau kamu mencium aku," ucap Raisa, dia kembali menghirup napas sebanyak-banyaknya. Adrian menundukkan kepalanya, dia masih merasa bersalah. "Tapi gara-gara aku, kamu hampir kehabisan napas dan tadi aku ... Maaf! Tadi aku terlalu terbawa oleh nafsu membuat kamu tersiksa," ucap Adrian. Raisa yang sudah bisa bernafas dengan stabil pun segera memegang tangan Adrian. "Mas, ini pertama kali kamu mencium wanita? Atau ...." belum selesai Raisa bicara, Adrian langsung menyela. "Iya, baru pertama kali! Maaf karena aku terlalu kasar, karena aku tidak tahu caranya! Tadi itu hanya mengikuti insting saja," jawab Adrian, dia menatap Raisa dengan tatapan penuh penyesalan, apalagi melihat bibir Raisa yang bengkak, Adrian semakin merasa bersalah. "Maafkan aku! Bibir kamu jadi bengkak gara-gara aku, lain kali aku tidak akan melakukannya lagi," ucap Adrian yang mengulurkan tangannya lalu menyentuh bibir Raisa. Raisa tersenyum dan memegang tangan Adrian yang sedang menyentuh bibirnya. "Tidak apa-apa mas! Nanti juga pasti sembuh kok, kamu jangan terus meminta maaf dan kalau kamu menginginkannya, kita bisa sering melakukannya supaya kamu tidak kaku dan ...." Bibir Raisa langsung dibungkam oleh Adrian. "Ssttt! Jangan bicara sembarangan! Aku takut kehilangan kendali lagi seperti tadi," ucap Adrian, wajahnya tersipu malu. Raisa menyingkirkan tangan Adrian dari bibirnya dan dia malah mengecupnya. "Harus sering melakukannya supaya kamu tidak kaku lagi mas, tapi ciuman tadi itu cukup bagus kok! Malah aku rasa sepertinya kamu sudah berpengalaman mas, apakah kamu sedang berbohong mas?" tanya Raisa, dengan tatapan menyelidik membuat Adrian langsung panik. "Tidak! Aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak pernah mencium wanita lain selain kamu, jangankan mencium bahkan menyentuhnya saja aku tidak sudi! Kamu satu-satunya Raisa, kamu .... " Adrian langsung terkejut melihat Raisa tersenyum puas. "Kenapa kamu tersenyum? Apakah kamu tidak percaya dengan ucapan aku? Kamu jangan samakan aku dengan si b******k itu yang sering main dengan wanita lain," ucap Adrian, dia terus meyakinkan Raisa, karena takut Raisa pergi lagi darinya. Raisa mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya ... Ya! Aku percaya sama kamu mas! Aku percaya karena kamu pria yang dingin dan sulit di dekati," ucap Raisa, dia tiba-tiba memeluk bahu Adrian dengan kedua tangannya. "Mas, aku percaya sangat percaya sekali! Sudah jangan di bahas lagi, lebih baik sekarang kita .... " Kali ini Raisa yang mendekatkan bibirnya ke bibir Adrian, dia yang mengambil inisiatif lebih dulu. "Terima kasih sudah percaya dengan ucapan aku, tapi ...." Adrian langsung melotot, dia terkejut karena Raisa ingin membalasnya. "Raisa, ka-kamu mau apa?" tanya Adrian yang mendadak panik, wajahnya pucat serta keringat dingin membasahi dahinya. Raisa tersenyum, dia memejamkan matanya dan bibirnya pun semakin bergerak lebih dekat lagi. Adrian semakin gemetar, dia malah takut dengan sikap Raisa seperti itu. "Raisa! Jangan gila kamu! Ka-kamu mau membalas aku, hah?! Ka-kamu ...." Adrian segera memalingkan wajahnya dan Raisa hanya berhasil mencium pipinya. "Mas, kenapa kamu menghindar?" tanya Raisa, dia jadi kesal sendiri. "Sudahlah! Sekarang kita pergi, aku lapar!" Raisa pun merajuk, dia melepaskan pelukannya dari leher Adrian dan menatap ke arah jendela. Adrian merasa sangat bersalah, dia tak bermaksud untuk menghindarinya dan sebenarnya itulah yang dia tunggu selama ini, namun karena semuanya terlalu tiba-tiba dan Adrian masih belum bisa percaya dengan perubahan sikap Raisa membuatnya secara refleks melakukannya. "Maaf!" ucap Adrian, dia menatap Raisa dengan tatapan sedih. Raisa masih kesal, dia tak mau melihat wajah Adrian. "Ya!" jawabnya. Adrian tak berani bertanya lagi, dia harus berhati-hati karena takut dicampakkan lagi seperti sebelumnya. "Kita pergi sekarang? Restorannya sudah di pesan oleh Heksa, kita ...." "Ya, kita pergi sekarang," jawab Raisa tanpa melihat ke arah Adrian. Adrian menghela napas panjang, perasaan takut kembali menyelimutinya. "Baiklah! Kita pergi sekarang, sekali lagi aku minta maaf!" "Ya! Aku juga sudah memaafkan kamu mas," jawab Raisa, dia diam-diam tersenyum sendiri, karena sebenarnya dia juga tidak terlalu marah. Hanya sedikit kecewa karena tidak bisa membalas ciuman Adrian. "Waktu kita masih panjang Adrian, lihat saja! Aku pasti bisa membuka kulit asli kamu dan pura-pura dingin dan kaku itu," gumam Raisa, dia terus tersenyum dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Sehingga di dalam mobil itu tak ada yang berani bicara lebih dulu, membuat suasana terasa dingin dan canggung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN