“Sempit sekali tempatnya!” keluh pak Alvian yang duduk sila di karpet sana. Sebuah piring berisi salmon panggang dan aneka sayuran rebus ia pegang menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang garpu untuk makan. Kedua matanya mengawasi suasana sekitar. Memang sempit, tapi seru dan rapi juga. Di sana bukan yang tipikal sumpek karena banyak barang. Di sana terbilang masih minim barang. Arina yang masih berdiri di sebelah Leon, tepat di depan pintu balkon, berangsur menatap wajah suaminya. Leon masih sibuk makan ceker ayam lunak buatannya. “Pa, ... Papa enggak diundang loh!” ucap Leon sangat jujur. “Ah, kamu kebiasaan!” balas pak Alvian yang tak mempermasalahkan kelakuan putranya. Kemudian, tatapan pak Alvian tertuju kepada sang menantu. Arina tengah menikmati jus tomat tanpa