82. Kebencian yang Terus Berakar

1622 Kata

“Muuuaccch!” Nekat, Arina sungguh melakukannya agar Leon tak berisik. Karena jika Leon sudah rusuh, bukan hanya waktu mereka yang tersita. Namun juga Anna yang bisa saja menyimak kemudian melaporkannya ke keluarga mereka, khususnya kepasa Levian. Meski setelahnya, Arina juga jadi tak karuan. Malu dan gugup menjadi satu, membuatnya nyaris menggila. Ia rasakan, pipinya yang jadi menghangat selain dadanya yang juga mendadak berdebar. Di ruang kerjanya, Leon yang masih duduk di kursi kerjanya, refleks mesem. Jemari tangan kirinya berangsur meraba bibir bawahnya. Tak beda dengan Arina, kedua pipinya juga jadi menghangat. Bisa Leon pastikan, pipinya pasti jadi berwarna merah mirip tomat. Selain itu, dadanya juga jadi berdebar-debar. “Ya sudah, ya ... ini Anna jadi bengong ngelihatin aku terus

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN