Clay tersenyum saat membaca pesan dari Bilal. Bilal mengajaknya makan siang bersamanya di dapur seperti biasa, karena Naresh sedang berada di kantor Niko, ada pembicaraan penting di sana. "Maaf ya, Clay. Aku seolah mementingkan Naresh daripada kamu sekarang." "Iyalah. Dia jauh lebih penting daripada aku." "Bukan maksudku—" "Aku ngerti, Bil. Nggak perlu minta maaf segala. Pak Naresh itu kerabat dekat kamu, dia juga atasan kita semua di sini. Kita yang harus ngertiin dia yang baru bekerja di sini. Perlu penyesuaian. Aku bukan merasa nggak penting, tapi dibanding posisi dia, dia jauh lebih penting daripada aku. Paham maksudku?" Bilal tersenyum mengangguk. Dia paham apa yang dimaksud Clay. "Aku nggak merasa kamu abaikan aku kok, Bil." Bilal memperhatikan Clay yang mencicipi nasi mandi

