Bab 14. Perlindungan

1158 Kata
“Nov, Novia,” panggil Bik Darmi sedikit berbisik sambil menggerakkan tangannya memanggil Novia. Novia menoleh ke arah Bik Darmi, “Ada apa, Bik?” tanya Novia sambil menghampiri Bik Darmi. Bik Darmi menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah memastikan aman, dia mendekat lagi ke Novia. “Ada apa sih, Bik? Kok kayak orang bingung gitu,” tanya Novia yang melihat Bik Darmi sedikit aneh pagi ini. “Eh Nov, bener ya suami kamu kerja jadi satpam kompleks?” tanya Bik Darmi sambil berbisik. “Kayaknya. Soalnya kemaren dia ada di pos jaga. Emang kenapa gitu, Bik?” “Tadi, pas Bibi keluar buat buang sampah, Bibi ngeliat ada orang naik motor dan liatin rumah ini terus. Dia pake baju seragam satpam kompleks.” Novia menjadi tegang. “Masa sih, Bik? Trus dia gimana?” “Pas Bibi liatin balik, dia pergi.” “Ya ampun. Dia pasti nungguin aku keluar lagi. Duh, gimana ini ya?” “Udah gini aja, mendingan kamu sekarang gak usah keluar rumah dulu. Dia gak akan berani masuk ke sini. Kamu aman di sini,” ucap Bik Darmi memberikan solusi. “Tapi gimana kalo dia nekat masuk ke sini dengan alasan aneh-aneh, Bik?” “Siapa yang mau dateng ke sini?” Mendengar ada yang menyahut dari belakang, Novia dan Bik Darmi segera berbalik. Mereka kaget, karena melihat ada Galang berdiri di depan mereka, sambil memegang handuk olah raganya. Galang melihat ke arah Novia. “Siapa yang mau dateng ke sini, Nov?” tanya Galang yang sempat mendengar sedikit obrolan dua asisten rumah tangganya. “Enggak kok, Pak. Gak ada. Bapak salah denger tadi,” jawab Novia berbohong pada majikannya. Galang meragukan jawaban Novia. “Kamu yakin?” Galang ganti melihat ke Bik Darmi. “Bener, Bik?” “Em, anu, Pak. Gak ada apa-apa. Tadinya saya kira ibunya Novia mau ke sini, ternyata enggak.” Bik Darmi ragu menjawab. Tapi karena ada sedikit gerakan tangan Novia di pahanya, Bik Darmi tidak punya pilihan lagi untuk ikut berbohong. “Ibumu mau ke sini?” “Enggak, Pak. Bik Darmi cuma nanya aja tadi.” Novia menjawab sambil menunduk. “Jangan sembarang masukin orang ke rumah. Saya gak suka!” tegas Galang. “Iya, Pak,” jawab Bik Darmi dan Novia hampir bersamaan. Galang segera pergi meninggalkan kedua asisten rumah tangganya itu menuju ke teras belakang. Seperti biasanya, dia masih menyempatkan diri untuk berolah raga, agar kesehatannya tetap bugar. Novia dan Bik Darmi sepakat mengakhiri pembahasan ini dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Novia segera naik ke atas, karena pagi ini Niko masih tidur. “Tu orang dari dulu nyebelin banget. Kira-kira kalo aku ajukan gugatan cerai sekarang, Pak Galang bakalan ijinin aku keluar gak ya buat sidang.” Novia bergumam sendiri di dalam kamar. “Tapi aku ngomongnya gimana? Ntar dikira ngelunjak. Baru kerja udah ijin keluar terus. Nunggu dulu aja deh.” Novia masih tidak berani dan memilih bersabar dulu. Novia turun lagi ke lantai bawah, untuk membuang diapers bekas ke tempat sampah. Saat melewati meja ruang tengah, Luna melihat ada ponsel Galang tergeletak di sana. “Eh, ini punya Bapak. Orangnya udah berangkat belum ya?” ucap Novia sambil menoleh ke arah kamar dan ruang kerja. Novia mendengar ada suara di teras depan, sepertinya Galang ada di sana dan siap berangkat. “Pak Galang. Pak!” panggil Novia sambil sedikit berteriak. Galang yang siap masuk ke dalam mobil, jadi batal masuk setelah dia mendengar teriakan Novia. Dia menunggu Novia datang dan benar saja Novia berlari dari dalam rumah menghampirinya. “Pak, ini ketinggalan,” ucap Novia sambil memberikan ponsel Galang yang tertinggal. Galang melihat ponselnya di tangan Novia lalu mengambilnya. “Makasih.” “Apa itu?” tanya Galang saat dia melihat ada sesuatu yang dipegang Novia. “Oh, ini diapers Mas Niko, Pak. Oh ya, Mas Niko agak diare, Pak. Badannya juga agak anget,” lapor Novia. “Loh, kok bisa sih? Apa perlu dibawa ke dokter?” Galang sedikit panik. “Emm ... kayaknya gak usah dulu, Pak. Saya awasi dulu hari ini. Nanti kalo makin buruk, saya lapor ke Bapak.” Novia mencoba tenang. “Kamu yakin?” Novia mengangguk. “Iya, Pak. Nanti kalo makin demam, saya langsung ke rumah sakit sama Pak Ali.” “Iya. Jangan sampe teledor kayak anak kamu!” Novia menatap Galang sebentar lalu menunduk kembali. “Iya, Pak. Akan saya awasi dengan baik.” “Ya udah. Terus kabari saya.” Galang pun masuk ke dalam mobilnya. Novia masih berdiri di depan pintu sambil melihat mobil Galang yang mulai pergi meninggalkan rumah. Dia mengerti kekhawatiran Galang dan menyuruh hatinya tidak sakit hati atas ucapan majikannya tadi. Novia berjalan ke arah gerbang, ingin membuang diapers sekaligus menutup pintu pagar. Pak Ali yang ada di taman depan mendekati Novia. “Nov, Mas Niko sakit?” tanya Pak Ali. Novia menoleh ke arah Pak Ali. “Iya, Pak. Tapi gak demam tinggi. Kayaknya dia demam karena mau pinter duduk. Kata orang jawa kalo bayi mau ada kemajuan pertumbuhan, biasanya bakalan demam dulu.” “Iya, biasanya gitu. Tapi kamu harus awasi terus ya, Nov. Jangan kecewakan Pak Galang.” Novia tersenyum. “Beres, Pak.” “Novia!” panggil seseorang, sambil memegang tangan Novia. Novia yang kaget, segera menoleh dan berteriak saat dia melihat Surya kembali menangkapnya. Untungnya di sana ada Pak Ali. Pria paruh baya yang mengenali Surya sebagai penjaga kompleks dan disinyalir akan berbuat jahat pada Novia, segera menyemprotkan air ke Surya. Semburan air dari selang yang sangat kencang itu, membuat Surya kelabakan dan melepaskan tangan Novia. “Masuk, Nov!” perintah Pak Ali. Tanpa perlu menunggu lagi, Novia langsung lari. Dia masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu depan. Pak Ali juga langsung mengunci gerbang rumah. Dia melihat ke arah Surya dan mengancamnya akan menyemprot pria itu lagi. “Awas kalo kamu berani ke sini lagi. Bakalan aku aduin kamu ke atasan kamu, biar dipecat!” “Dia istri saya!” protes Surya. “Bodo amat! Pergi sana!” Pak Ali mengusir Surya dengan menyemprotnya lagi. Surya semakin geram pada Novia karena ternyata istrinya itu dilindungi di rumah itu. Dia harus segera mencari cara lagi, untuk memeras Novia. *** Galang pulang hampir tengah malam. Dia baru saja menghadiri sebuah acara penting bersama keluarganya. Galang yang teringat kalau keadaan Niko tadi pagi demam, membuatnya ingin mengecek keadaan keponakannya itu. Sejak tadi Novia hanya mengatakan keadaan Niko baik dan sekarang dia ingin membuktikannya. Galang membuka pelan pintu kamar Niko. Di dalam kamar remang-remang itu, dia melihat Novia sedang tidur berhadapan dengan Niko. Mata Galang membuka lebar, saat dia melihat ternyata Novia sedang tertidur sambil menyusui Niko. Bocah bayi itu sesekali menggerakkan bibirnya mengenyut benda kenyal yang sedang ada di dalam mulutnya. Merasa ada yang memperhatikan, Novia sedikit bergerak. Dia membuka matanya dan samar-samar dia melihat ada seseorang berdiri di dekatnya. “Pak Galang,” ucap Novia pelan. “Eh, Pak. Pak Galang!” pekik Novia saat tiba badan tegap itu memeluknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN