Suara ketukan palu hakim kembali membuat lututku goyah, aku mendengar isak tangis dari belakang. Isak tangis Bunda dan Kak Clara yang datang menemaniku untuk menghadapi sidang gugatan cerai yang aku lakukan. Perih dan menyakitkan tapi aku berusaha untuk kuat demi Rona, ya hanya Rona yang membuatku bertahan menghadapi semua ini setelah Briana memporak porandakan kesetiaan, pengorbanan dan juga hati milikku. "Ayo kita pulang, Rona pasti sudah menunggu aku pulang" kataku berusaha tegar, kak Clara memelukku begitupun Bunda dengan erat, mereka sama sekali tidak pernah menyudutkan Briana atau mengutuk perbuatan Briana yang menghancurkan diriku, ya mereka tau alasanku mengajukan gugatan cerai dan sedikitpun aku tidak pernah mendengar kata u*****n, cacian dan makian dari mulut mereka terhadap dir