Bastian berdiri di sudut ruangan dengan kedua tangan terkubur ke saku celananya. Pandangannya menembus kaca besar dengan ketebalan delapan milimeter yang menjadi jendela sekaligus dinding ruang kerjanya. Cahaya matahari sore yang menembus langsung ke dalam menciptakan efek berkilat pada rambut cokelatnya. “Gue baru mendengar dari Key kalau lo ternyata ada main dengan supervisor itu.” Suara Chris, suami Keyzia dan juga teman Bastian, yang terdengar tidak membuat Bastian bergerak. Ia tetap di posisinya seperti patung. Meskipun matanya menatap ke luar, tapi pikirannya masih berkelana ke mana-mana. Ia sendiri tidak yakin dengan apa yang sudah ia lakukan. “Gue juga enggak tahu, Chris,” cetus Bastian. “Enggak tahu gimana maksud lo?” Bastian menoleh ke arah Chris yang duduk di kursi di dep

