“Siapa?” tanya Jerrald sekali lagi. Ia memasang telinga baik-baik. Berharap sang sekretaris salah menyebut nama. “E-Eric. Floy menghubungi temannya yang bernama Eric itu untuk meminta bantuan saat Anda dan Floy terjebak di dalam lift.” Eloy kembali menjelaskan walaupun dengan keringat dingin yang sudah mengalir di punggungnya. Pria yang menyandar pada sandaran ranjang di depannya ini terlihat geram sejak Eloy menyebut nama pria yang sempat dihubungi Floy. Sebenarnya Eloy sudah menduga reaksi sang bos akan seperti ini. Namun, ia tak punya pilihan lain selain jujur menceritakan kronologi lengkap yang terjadi dua hari yang lalu karena Jerrald menuntutnya. Sebelah sudut mata Jerrald berkedut. Ia menatap Eloy tajam. Rahangnya mengeras. Kedua tangan mengepal kuat. Eloy sampai meringis memb