Hari ini adalah hari terakhir mereka berlibur di Sumba. 4 hari yang sangat singkat untuk Cleona dan Nola. Tapi, mereka sudah siap untuk pulang dan menjalani hari-hari mereka, sebab beban yang ada di diri mereka sudah perlahan pulih.
Terlebih Cleona. Ia sudah merasa pulih seutuhnya. Perlahan, sakit yang ia alami pulih. Kin yang kemarin sudah memberi dirinya luka, sekarang hadir menyembuhkan lukanya juga. Kin memang seperti anak kecil.
Saat ini, Cleona, Kin dan Nola sedang berada di perjalanan menuju bandara. Di mobil, Nola duduk di depan bersama Waly yang sedang menyetir, lalu Cleona dan Kin duduk di kursi belakang.
Perjalanan menuju bandara membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dari resort tempat mereka menginap. Saat ini, Waly yang membawa mobil, mereka tidak menyewa supir.
Perjalanan mereka diisi oleh candaan dari Waly, Nola dan Cleona, sesekali Kin juga ikut bercanda, namun masih tetap serius. Tak lupa juga Nola dan Kin memperdebatkan hal kecil.
"Kak Waly terima kasih ya buat 4 hari lebihnya," ucap Nola sambil tersenyum kearah Waly.
Waly yang sedang menyetir itu pun tersenyum. "Terimakasih juga sudah berkunjung ke sini. Jangan pernah bosan ya."
"Kak Waly jangan lupa main ke Jakarta. Nanti kalau ada apa-apa, boleh hubungi aku ya," kata Nola lagi.
Kin yang mendengar Nola berbicara, ia pun sedikit mendengus. "Huh, bilangnya mau di jodohin," sindir Kin yang terdengar di telinga Nola.
Nola pun menengokkan kepalanya ke belakang. "Apa? Apa? Mau cari ribut sama gue?"
"Gua batalin, perjodohan."
"Perjodohan apa, Kak?" Tanya Cleona yang sedikit bingung dengan percakapan antara Nola dan Kin.
"David ...."
Cleona pun mengangguk.
"Wah, lo parah banget Kin."
"Mas, jangan percaya. Nola suka mainin laki-laki." Kin berkata membuat semua yang ada di sana sedikit terkejut, namun mereka pun tertawa.
Kin bingung, kenapa Nola dan Cleona tertawa, Waly pun ikut tersenyum. "Anjir, sejak kapan lo bisa ngelawak? Hahaha ..." ucap Nola yang tidak jadi marah karena lucu mendengar ucapan Kin.
Cleona memegang lengan Kin. "Kak Kin berdebat sama Nola, ada juga manfaatnya. Hahaha ...."
Saat ini, Kin hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Bohong, Kak Waly. Aku masih jomblo kok. Kalau mau cari calon istri, hubungi aku aja ya ... Walaupun gak bisa masak, yang penting bisa benerin genteng," ucap Nola yang mempromosikan dirinya.
Cleona tidak berhenti tertawa di sana. Waly yang mendengar pun sedikit tertawa. "Kamu bisa benerin genting?"
Nola mengangguk dengan semangat. "Bisa, Kak. Bantu ngecor jalan juga aku bisa ...."
"Oh ya? Aku baru tau loh," kini Cleona ikutan berbicara.
"Ih ... Serius tau ... Kenapa pada ngetawain sih," kesal Nola yang sedikit bete.
"Cewek kok promosi gitu," Kin kembali menyindir.
"Heh! Gue tanya, lo bisa gak benerin genteng? Gak bisa kan lo? Nyuci motor aja lo minta nyuciin orang," balas Nola yang tidak ingin kalah.
"Ngurus anak kamu bisa?" Waly berbicara bermaksud untuk bercanda.
Nola sedikit ragu untuk menjawab, ia pun tersenyum malu-malu. "Emm ... Mending kita nikah, dan berduaan selama hidup kita, indahkan? Enggak ada yang ganggu ..." kata Nola sambil mengedipkan matanya.
Kin yang melihat Nola seperti itu, ia pun bergidik ngeri. "Kamu jangan gitu ya, sayang ..." Cleona hanya bisa tertawa menanggapi bercandaan mereka.
Bercandaan itu masih berlanjut, sampai tak sadar, mereka sudah berada di bandara. Waly hanya mengantarkan mereka sampai turun dari mobil, dan tidak bisa mengantarkan sampai ke dalam.
Kin menurunkan koper-koper besar yang dibawa oleh Cleona dan Nola. "Kak Waly, Terimakasih banyak ya ..." ucap Nola yang kembali berterima kasih.
"Iya, Kak ... Terimakasih banyak. Maaf kalau sudah merepotkan," kini Cleona yang berbicara.
Waly tersenyum. "Sama-sama ... Maaf hanya bisa mengantarkan sampai di sini. Kalau lain waktu mau ke sini lagi, bisa hubungi saya. Saya bakalan ajak kalian ke tempat yang lebih-lebih indah," ucap Waly.
Kin sedikit cemburu ketika melihat Cleona terlalu baik kepada laki-laki lain, ia pun mendekat kearah Cleona, dan memegang merangkul bahu Cleona.
"Cepetan," bisik Kin yang tak tahan melihat Cleona terus tersenyum kearah Waly.
"Ya sudah, saya akan kembali berkerja. Sampai jumpa, hati-hati dijalan," ucap Waly dan berjalan menuju mobilnya. Tak lupa ia pun bersalaman dengan Cleona, Nola dan Kin. Lalu mobil yang Waly kendarai pun pergi.
Sebentar mereka terdiam, Kin dan Cleona memperhatikan Nola. Lalu Nola, memperhatikan Kin dan Cleona. Dengan cepat, Nola merebut Cleona dari Kin dan menggandeng sahabatnya itu. "Heh, bawa tu koper. Gue masuk duluan. Bye ..." Nola menggandeng Cleona dan mengajak sahabatnya itu berlari.
"Woy ...."
Belum selesai Kin berbicara, kedua sahabat itu sudah pergi jauh dari pengelihatannya. Mau tak mau, ia pun membawa dua koper besar itu bersama dirinya.
....
Perjalanan selama empat jam, akhirnya berakhir juga. Saat ini mereka sedang berada di bandara Jakarta untuk menunggu jemputan mereka masing-masing.
"Nol, itu pak supir," ucap Cleona yang melihat supir Nola sudah menjemput.
"Eh, oh iya. Ini, Pak. Koper Nola," kata Nola kepada supirnya. Supirnya itu pun mengangguk dan memasukan koper Nola kedalam mobil.
"Ayo balik," ajak Nola kepada Cleona. Hendak melangkahkan kakinya, tangan Cleona ditahan oleh Kin.
"Dia balik sama gua."
"Eh, enak aja. Mau diapain lo temen gue?" Tanya Nola kepada Kin.
"Di jadiin tukang cor."
"Wah ... Mulai berani lagi lo sama gue ...."
"Udah-udah ... Udah mau malem, ayo kita pulang." Ajak Cleona.
"Kamu pulang sama aku. Ibu nanyain kamu," kini Kin berbicara.
Melihat Kin yang berbicara dengan nada serius. Ia pun mengangguk dan meminta maaf kepada Nola. "Nol, aku pulang sama Kak Kin aja. Aku bisa jaga diri kok. Kamu hati-hati ya, maafin aku."
"Hm ... Jaga pacar lo. Awas kalau lo bikin nangis lagi, ujung-ujungnya juga gue yang bingung. Yauda gue balik duluan. Makasih ya, Cle ... Gue duluan Kin, bye ..." Nola berpamitan dan masuk kedalam mobilnya.
Kin mengangguk, lalu Cleona melambaikan tangannya. "Makasih ya, Nola ..." Kata Cleona sambil tersenyum.
Nola pun melambaikan tangannya di kaca mobil dan tersenyum. Mobil yang diisi oleh Nola pun sudah pergi, sisalah mereka berdua, menunggu supir Neylalia menjemput mereka.
"Memangnya ibu nanyain aku?" Tanya Cleona.
"Iya, ibu udah masak banyak."
"Memangnya ada acara apa?"
Kin mengangkat bahunya. "Entah, makan malam biasa."
Cleona pun mengangguk. Tak lama mobil yang menjemput mereka pun datang, lalu Kin memasukkan koper Cleona dan tasnya di bagasi. Mereka masuk kedalam mobil.
Saat ini jam menunjukkan pukul 6 sore. Langit sudah berubah warna menjadi biru tua. Cleona yang lelah, menyandarkan kepalanya di pundak Kin.
"Kak, aku kayanya masuk angin deh, perut aku gak enak ..." ucap Cleona dan berbisik di akhir kalimat.
Kin yang mendengar ucapan Cleona ia pun memijat bahu Cleona dengan lembut. "Perut gak enak gimana? Mau buang gas?" Tanya Kin yang membuat Cleona malu.
Ia pun memukul kaki bagian atas Kin dengan pelan. "Ish, Kak Kin ..." Kesalnya.
"Kenapa? Kalau mau buang gas buang aja," kata Kin yang sangat polos.
Cleona yang malu karena ada orang lain selain mereka di sini, ia pun menenggelamkan wajahnya di d**a Kin.
"Haha ... Bercanda, cantik. Tahan ya, nanti sampai di rumah, minum obat."
Cleona yang lelah pun hanya mengangguk, dan kembali menyandarkan kepalanya di bahu Kin.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di pekarangan rumah Kin. Cleona dan Kin melihat, sudah ada Neylalia dan Jovan menunggu kedatangan mereka di depan rumah.
Cleona dan Kin pun turun dari mobil, lalu bersalaman dengan kedua orang tua Kin.
"Malam, Om, Tante ..." sapa Cleona.
Jovan dan Neylalia tersenyum. "Malam, Cleona. Silahkan masuk-masuk. Pasti lelah," ajak Jovan untuk masuk kedalam rumah.
"Ayah, semangat banget," kata Kin dengan nada suara kesal.
Neylalia yang melihat itu mengusap bahu anaknya. "Biarin ... Kayanya Ayah rindu sama Cleona. Kemarin ketemu-kan, Cleona-nya lagi gak sadar," ucap Neylalia menenangkan Kin yang sedikit cemburu.
"Lagian, pacarnya juga aku. Bukan ayah," balas Kin yang terdengar gemas di telinga Cleona.
"Kak Kin ..." lerai Cleona.
"Iya nih, Kin posesif banget jadi cowok," kini Jovan sang ayah berbicara.
Sampailah mereka di ruang keluarga. Kin dan Cleona di persilahkan untuk istirahat terlebih dahulu, dan meminum teh hangat yang sudah di sediakan.
"Gimana, Nak, liburannya?" Tanya Jovan kepada Cleona.
Cleona menyimpan cangkir tehnya, dan tersenyum. "Seneng banget, Om. Seru. Hehehe ...."
"Kamu liburan gara-gara Kin nakal ya?" Kini Neylalia bertanya.
Cleona yang tidak tahu harus jawab apa, ia pun melirik kearah Kin yang sedari tadi diam saja. "Iya gara-gara, Kin. Tapi udah minta maaf," kata Kin yang menggantikan Cleona berbicara.
"Cleona ..." Neylalia memegang tangan Cleona. "Kin itu sayang sama kamu. Cuma gengsinya yang tinggi," kata Neylalia sambil sedikit tertawa.
"Bener. Kin orangnya memang gengsi ... Giliran ceweknya udah ilang, baru aja kamu nyari-nyari panik," imbuh Jovan.
Cleona yang mendengar itu, tersenyum. Keluarga Kin hangat sekali, bisa menerima ia apa adanya. Cleona sangat-sangat bersyukur bisa bersama dengan keluarga ini.
"Bu ..." Rengek Kin seperti anak kecil, karena kesal dirinya di salahkan terus.
Cleona sudah tau sikap asli Kin jika di depan kedua orangtuanya, seperti anak kecil, bahkan bisa dibilang seperti balita. "Iya-iya ... Yasudah, untuk malam ini, Cleona tidur di sini ya. Ibu enggak menerima penolakan."
"Tapi, Tante ...."
"Iya, istirahat dulu di sini. Bersih-bersih, nanti kita makan bersama ya," kata Jovan.
"Tuh, denger kata Ibu, tidur di sini aja. Di kamar aku ya, Bu?" Kata Kin dengan semangat.
"Enak aja kamu!" Neylalia sedikit mencubit telinga Kin.
"Eh, eh iya, Bu. Bercanda ...."
Cleona dan Jovan melihat itu hanya tertawa. "Yasudah, kalian bersih-bersih dulu sana," ucap Jovan dan diangguki oleh Cleona.
Neylalia pun mengantarkan Cleona menuju kamar tamu, di belakang, Kin mengikuti mereka. "Mau apa, kamu?" Tanya Neylalia yang melihat Kin ada dibelakangnya.
"Mau, bersih-bersih," katanya dengan wajah tanpa dosa.
"Kamar kamu di atas, Kin ... Ini kamar Cleona," ingat Neylalia.
Cleona tersenyum kecil melihat kelakuan Kin. "Eh iya, kirain udah bisa satu kamar."
"Kamu ...."
Belum selesai ibunya berbicara, Kin buru-buru naik kelantai dua dimana kamarnya berada. Neylalia yang melihat itu menggelengkan kepalanya. "Kin memang seperti anak kecil kalau di rumah, Cle. Tapi kata temen-temennya, Kin kalau di sekolah itu mukanya datar. Memangnya bener?" Tanya Neylalia.
Dengan pasti Cleona mengangguk. "Jangankan di sekolah, Tan. Di mana-mana pun, Kin mukanya memang datar."
"Kin-kin ... Ada-ada aja kelakuannya."