Matahari terbenam di balik awan dan bukit tinggi. Senja sangat cantik di lihat dari kapal mewah ini. Mereka bisa langsung merasakan pesona senja yang sangat-sangat indah. Cleona, Nola, dan Kin, pun tidak membuang-buang kesempatan itu. Mereka sedari tadi sibuk saling memotret satu sama lain, dan sibuk juga memegang ponsel dan kamera mereka.
Selesai dengan pengambilan gambar yang tentunya indah itu, mereka pun duduk santai, menikmati jamuan yang sudah disediakan oleh pelayan kapal. Mereka duduk di depan kapal, ada sebuah meja panjang dan kursi panjang di sana. Cleona duduk di dekat Nola, dan Kin duduk di hadapan Cleona.
Nola sedang asik melihat-lihat hasil potretannya. Sedangkan Cleona sedang asik melamun, sambil melihat pemandangan yang disuguhkan oleh alam.
"Hei ..." Kin menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Cleona.
"Eh, iya Kak. Kenapa?" Tanya Cleona yang cukup terkejut.
"Kenapa melamun?" Kin menjawab.
"Aku enggak melamun. Lagi liatin pemandangan aja, cantik banget," kata Cleona.
"Liat pemandangan atau aku?" Tanya Kin.
Belum hendak Cleona menjawab, Nola pun menyeletuk, dan sepertinya ia mendengar ucapan Kin. "Huek ... Gelay bat dah," kata Nola dan diakhiri tawa kencangnya.
Kin yang kesal melempar Nola dengan kacang polong yang ada di hadapannya. "Mata lu!"
"Sayang, liat pemandangan apa liat aku? Mending liat aku aja ..." Nola berucap, untuk berniat mengolok-olok Kin.
"Hahaha ... Nola ada-ada aja," ujar Cleona.
"Jomblo, sirik aja," santai Kin.
"Lo, gue pepes baru tau rasa lo," kata Nola dengan wajah yang di buat-buat seram.
"Ampun, om," balas Kin dengan wajah datar.
Cleona menahan tawanya, yang sebentar lagi akan menyembur. "Ape lo bilang?" Tanya Nola, ia berdiri sambil memegang pinggangnya.
"Om."
"Pala lo om-om!" Kesal Nola.
Cleona pun tidak kuat menahan tawanya, dan tertawa terbahak-bahak. Ia menenangkan Nola dan mengajak sahabatnya itu untuk duduk dan tenang.
"Nola, mie instan kamu sudah jadi," ucap Waly yang datang dengan membawa satu buah nampan yang berisi mangkuk mie instan.
"Wah ... Makasih, Kak Waly. Hehehe baik banget sih, ini baru laki-laki idaman," kata Nola sambil melirik sinis kearah Kin.
"Silahkan dinikmati," kata Waly yang sekarang duduk di hadapan Nola.
Kin yang mendengar sindiran dan melihat lirikan sinis dari Nola, ia pun membalas lirikan sinis Nola.
"Sayang, tolong bikinin aku mie instan, bisa?" Kin yang tidak ingin kalah dengan Nola, ia pun meminta kepada Cleona untuk membuatkan dirinya mie instan.
"Bentar lagi kita makan malam, Kak. Kamu udah laper?"
"Yah, palingan juga lapar liat gue makan," celetuk Nola.
Cleona tersenyum mendengar ucapan Nola. Cleona berpikir, sampai kapan sahabat dan pacarnya itu terus saling meledek seperti ini. "Iya, aku buatin. Kamu tunggu di sini, jangan ribut sama Nola. Okey?" Kata Cleona seperti menasehati anak kecil.
"Nola, jangan mancing duluan ya. Makan yang baik," kini Cleona berbicara kepada Nola.
"Iya ... Bunda ...."
"Nah, anak pintar. Kak Waly, bisa tolong antarkan aku ke dapur?" Tanya Cleona kepada Waly yang tengah memainkan ponselnya.
"Ayo, saya antar."
Cleona mengangguk, dan berjalan mengikuti Waly. Namun pada saat melewati dekat Kin, Kin menarik tangannya. "Jangan macem-macem," ingat Kin.
"Siapa sih yang mau macem-macem sama Cleona, yang jagain cheetah bercula dua," kata Nola yang asik memakan mienya.
Kin hendak menjawab perkataan Nola, namun Cleona menutup mulut Kin menggunakan tangannya. "Syut, baru aku bilang jangan berantem ...."
"Iya sayang ...."
"Iya, sebentar ya."
Cleona pun menyusul Waly yang sudah berjalan ke lantai satu, dimana dapur berada. Cleona terkagum melihat interior kapal ini, sangat cantik dan aesthetic. Ia pun masuk kedalam dapur kapal yang berisi satu orang koki.
"Hai, Pak, aku izin buat mie ya," kata Cleona sekalian menyapa koki itu.
"Silahkan, Mbak. Bisa masak di situ," ucapnya sambil menunjuk satu kompor dekat kardus mie instan, pun di sana juga tersedia topping-topping untuk mienya.
"Kak Waly, sekalian aku bikinin ya. Kita makan bareng-bareng," ucap Cleona.
"Tidak usah, Cleona. Nanti saya buat sendiri."
"Enggak apa-apa, Kak. Aku buatin ya. Jangan nolak, okey ..." ucap Cleona sambil tersenyum.
Waly pun ikut tersenyum dan mengangguk.
Nola memanaskan air untuk memasak mienya. Dan memotong beberapa sayuran seperti wortel, dan sawi putih, lalu ia pun merebus 4 buah telur di tempat yang terpisah.
"Sudah berapa lama kamu pacaran dengan Kin?" Tanya Waly sambil memperhatikan Cleona yang sedang memasak.
"Sudah tiga tahun, Kak. Aku pacaran sama Kin sejak aku SMP. Hehehe ... Lama banget ya?"
"Wah, saya kira kamu baru pacaran dengan Kin," kata Waly sedikit terkejut. "Kamu kelas dua SMA-kan? Kin sudah lulus?"
"Iya, aku kelas dua SMA. Dan Kak Kin, kelas tiga akhir."
"Waw, kalian masih pada muda, tapi sudah bisa menghasilkan uang ya? Hebat banget sama anak-anak zaman sekarang."
Cleona tersenyum kecil. "Kin memang kerja sebagai fotografer. Aku enggak kerja, Kak. Emm ... Sedikit aku cerita, aku dari kecil udah di tinggal sebatang kara sama kedua orangtua aku, mereka cuma inget untuk ngasih uang-uang dan uang. Jadi ya ... Kamu pasti tau, Kak ...."
Waly mengangguk mengerti. "Maaf, saya jadi kepo. Silahkan dilanjutkan lagi masaknya takut terganggu."
"Santai aja, Kak. Aku orangnya welcome, kok ... Aku cuma mau sedikit cerita aja siapa tau kita jadi temanan. Hehehe ..."
Waly mengangguk. "Saya juga yatim piatu. Tapi enggak ada yang ngasih uang sama saya. Dan saya harus kerja dari kecil, dari sekolah dasar," ucap Waly yang bercerita.
"Kak ... Turut prihatin," gumam Cleona yang tidak enak.
"Tidak apa-apa ... Saya mengerti bagaimana hidup sendiri tanpa orangtua. Harus tetep semangat," kata Waly.
Cleona tersenyum lebar. "Hidup memang harus semangat, Kak ... Biar enggak gampang ketipu dunia heheh ...."
"Ngomong-ngomong ... Mienya sudah jadi, bisa tolong bawakan? Aku mau bawa piring ini ...."
"Okey, saya bawakan." Waly membawa nampan yang berisi tiga mangkuk mie instan untuk mereka makan.
Sampai di atas, tempat mereka berkumpul, Cleona pun memberikan Kin dan Waly Mie yang sudah ia masak. Waly memilih duduk di samping Nola, dan Cleona duduk di dekat Kin.
"Kak Waly ini mienya. Dan ini tambahannya," ucap Cleona yang menunjuk kearah piring yang berisi topping untuk mie itu.
Ia pun menyiapkan mie untuk Kin. Dan menaruh satu telur dan rebusan wortel saja. "Selama makan, Kak ..." ucap Cleona.
"Makasih, sayang ... Ini baru perempuan idaman," ucap Kin yang kini menyindir Nola.
Nola mengerti ucapan Kin untuk menyindirnya. "Stroberi, mangga, nanas ... Sorry enggak panas!"
....
Angin laut, menerpa kulit dua insan yang tengah duduk di ujung kapal. Sambil menikmati indahnya laut pada malam hari, karena lampu-lampu kapal yang cantik. Langit malam di atas laut pun sangat-sangat indah, karena bintang bersinar sangat terang, sudah seperti aurora.
Kin dan Cleona duduk di ujung kapal sambil bercerita dan tertawa. Saat ini jam menunjukkan pukul 20.30. Nola sedang merebahkan dirinya di kamar, dan Kin mengajak Cleona untuk mengobrol bersama.
"Kak Kin kenapa bisa sih kepikiran buat nyusul aku kesini?" Tanya Cleona bertanya. Ia pun masih penasaran.
"Aku buru-buru nyusul kamu waktu malam itu. Tapi kamu enggak ada ... Terus aku cari di rumah kamu dan nunggu sampe jam 2 pagi, tapi kamu belum pulang ke rumah ...."
"Kenapa kamu enggak cari aku di rumah Nola?"
"Kalau aku cari memangnya Nola bakal ngizinin aku kerumahnya?"
"Hehehe iya juga sih, tapi kamu taukan kalau aku ada di rumah Nola?" ucap Cleona.
Kin mengangguk. "Tau ...."
Ia pun tersenyum. "Maaf ya udah bikin kamu khawatir."
Kin merangkul bahu Cleona, dan membenarkan selimut kecil yang sedang dipakai Cleona. "Aku yang seharusnya minta maaf sama kamu. Setelah kejadian itu, aku enggak nafsu buat makan bahkan minum."
Cleona mengusap tangan Kin. "Uuuu sayang aku ...."
"Waktu itu, aku lagi kumpul sama yang lain. Dan liat ada notifikasi pembayaran di travel ... Setelah liat, aku langsung nyusul kamu ke sini," ucap Kin yang melanjutkan ucapannya.
"Ibu marahin kamu?"
Kin menggeleng. "Aku izin sama ibu. Dan aku bilang kalau aku udah berdebat sama kamu."
"Oh ya? Kamu sih nakal," kata Cleona sambil tertawa.
"Kamu yang nyebelin." Kin menyubit hidung kecil Cleona, dan mereka pun tertawa.
Cleona senang jika Kin banyak cerita seperti ini. Tidak datar seperti wajah yang selalu ia tunjukkan kepada orang-orang.