Nola melihat Cleo berjalan dengan tatapan kosong dan mata yang merah. Tak perlu bertanya, Nola sudah yakin itu semua pasti gara-gara Kin. Kin s****n.
Cleo duduk di sebelah Nola tanpa mengatakan apapun. Nola pun sudah malas bertanya kepada Cleo. "Hari pertama free, kita cuma di suruh buat absen. Lo udah makan?" Walaupun Nola memiliki sikap yang jutek, ia masih sangat peduli dengan Cleo.
Cleo menggeleng pelan. "Justru itu, ayo kita pergi ke kantin. Makan aja yuk, laper gue," ajak Nola. Cleo kembali menggeleng.
"Geleng-geleng aja terus, Cle. Kaga pusing lo?"
"Nola ..." Cleo merengek pada Nola.
Dengusan kasar terdengar di sana. "Udah ... enggak usah cerita, gue tau," ucap Nola.
Nola mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini dari mama. Dia bilang, Inget sama lo." Nola memberikan satu tas makanan kecil kepada Cleo.
"Lo enak dibikinin makanan sama emak gue. Lah gue, di suruh makan di luar."
Cleo yang melihat tas makanan itu, moodnya perlahan membaik. "Kamu bandel sih, tante juga pasti kesel punya anak kaya kamu. Udah bandel, nyebelin, enggak nurut pula," ucap Cleo yang kini mulai berbicara.
Nola tersenyum kecil, ia sudah tau, kalau Cleo sedang marah, kasih saja makanan, ia pasti akan senang.
"Wah ... roti bakar, duh ... enak banget pasti." Cleo sudah mulai memakan roti bakar yang di beri oleh ibu dari Nola.
"Tuh di dalem botol."
"Apaan?" Tanya Cleo yang belum membuka botol berwarna biru.
"s**u pisang. Mama bikin waktu semalem. Terus jatah gue dibagi dua, katanya buat Cleo, dia suka banget s**u pisang."
"Iyalah, makanya jadi anak baik, biar dibaikin juga sama orang." Cleo tersenyum senang, namun berbeda dengan Nola yang murung karena kesal, semua makanannya harus ia bagi dengan Cleona.
"Gamau tau, pokoknya habis ini lo harus anter gue ke kantin. Lo gak maukan? Sahabat lo yang paling cantik ini pingsan gara-gara kelaparan?"
"Iya-iya, nanti aku anter ke kantin."
"Btw, lo kok pake rok pendek? Enggak takut Kin marah?" Tanya Nola yang membuat air wajah Cleo kembali murung.
"Telat kamu nanyanya. Kin udah marahin aku. Yauda aku marahin balik."
'Pak!'
Suara pukulan di meja terdengar kencang. Nola yang memukuli meja itu. Seketika perhatian semua orang menuju mereka. Cleo yang tau kondisi cepat-cepat menutup mulut Nola agar tidak berteriak.
"E--eem ... eeemmm. Mmmm eeee." Suara Nola yang mulutnya di tutup oleh Cleo.
"Berisik, orang pada liatin kita," bisik Cleo karena dirinya tidak suka menjadi pusat perhatian orang lain.
Akhirnya Cleo melepaskan tangannya dari mulut Nola. "Huh ... demi apa lo marahin Kin?" Tanya Nola yang kini berbisik.
"Aku suka marahin Kin kok, kamunya aja yang enggak tau, kamu sih anggep aku lemah terus. Makanya jangan pandang orang sebelah mata."
Nola mengangguk-angguk dan mengacungkan jempolnya. "Bagus! Bagus, Cleo," kata Nola dengan bersemangat.
Cleo mengerutkan keningnya, terheran dengan sikap absurd Nola. Nola, gadis berkacamata yang cukup tomboy, rambutnya sebahu, jika memakai seragam pendek lengannya pasti ia gulung. Nola tidak suka memakai rok panjang, ia memilih memakai rok pendek agar tidak ribet menurutnya.
Nola mengambil dompet dari tasnya dan menarik tangan Cleo. "Ayo, kita pergi ke kantin. Kita harus merayakan ini, Cleo," katanya dengan antusias.
"Apaan sih, Nol. Kamu ada-ada aja," kata Cleo dengan suara lembutnya.
"Bawa roti bakar sama susunya. Gue udah gak kuat pengen lapar. Eh, gak kuat pengen makan maksudnya. Lo gak perlu khawatir, hari ini gue yang bayarin. Kalau perlu, kantin gue gratisin buat merayakan keberanian seorang Cleona untuk melawan Kin."
"Nola ..." Rengek Cleo yang kesal, karena sekarang roti dan susunya sudah di bawa oleh Nola yang berjalan menuju kantin. Mau tidak mau Cleo harus mengikuti Nola.
Suasana di kantin cukup ramai, sehingga mereka kesulitan untuk mencari tempat duduk. "Eh, Ben nyuruh kita kesana tuh. Kesana enggak?" Tanya Nola.
Belum saja Cleo mengeluarkan suaranya, Nola sudah menarik tangan Cleo untuk menuju tempat Kin dan teman-temannya berada.
"Kamu katanya gak suka Kin. Tapi kok di samperin. Jangan kesana lah, kita pergi aja dari sini," kata Cleo dengan suara pelan, tangannya masih ditarik oleh Nola.
"Gue emang benci Kin. Tapi gue sayang David, haha ...."
Sampailah mereka di depan meja Kin dan kawan-kawannya. Kursi yang kosong di sana hanya kursi di dekat David dan kursi di dekat Kin. Tanpa ragu, Nola duduk di dekat David dengan senyum lebarnya.
Cleo melirik sedikit kearah Kin yang sedang memperhatikannya. "Duduk, Cleo ..." ucap Nola.
Cleo kembali menurunkan pandangannya dan duduk di sebelah Kin. "Ini udah pada pesen?" Tanya Nola.
"Belum. Nunggu ada yang traktir," kata Ben.
"Oh, pesen-pesen aja. Tenang ... gue yang bayar," kata Nola yang mendapatkan sorak sorai dari Ben, David dan Reynand.
Di sana, Cleo masih setia menundukkan kepalanya. "Lo mau pesen apaan, Cle?" Tanya Nola yang mendapat gelengan dari Cleo.
"Nasi goreng dua," kata Kin.
Cleo yang tidak ingin berbicara dengan Kin hanya diam saja. Kin masih menatap ke arahnya, dan Cleo mencoba memberanikan dirinya untuk menatap ke depan. Ia pun mulai kembali membuka tas yang berisi roti bakar dan s**u pisangnya itu.
Cleo pun makan dengan ekspresi yang mencoba untuk tenang. Tapi tetap saja dirinya tidak tenang, mata tajam itu masih saja menatap kearahnya. Kin yang lebih tinggi dan mempunyai d**a yang lebar membuat badan Kin selalu terlihat di ujung matanya.
"Yaelah, Kin. Diliatin kaya gitu kaga bakalan jadi istri kalau enggak lu halalin," kata Ben si mulut ember. Perkataan Ben membuat teman-temannya tertawa.
"Iya nih, diem-diem aja," kini David yang berbicara.
"Berisik," kata Kin yang kesal dengan teman-temannya.
Kin baru tersadar jika Cleo memakai rok pendek di atas lutut. Dengan gerak refleksnya Kin membuka seragam putihnya dan meletakkan seragam putihnya itu untuk menutupi kaki bagian atas Cleo, karena sedari tadi banyak sekali laki-laki lalu lalang yang memperhatikan kaki bagian atas milik Cleo.
"Uuuu so sweet nya ..." kata Ben, Reynand dan David bersamaan.
"Aaa ... Mas David aku mau di tutupin kaya gitu," kata Ben sambil menirukan suara perempuan.
Wajah Cleo sudah berwarna merah, malu sekaligus kesal dengan Kin. Bagaimana tidak, saat ini banyak sekali perempuan yang memperhatikan Kin karena hanya memakai kaus putih polos yang memperlihatkan otot bidang dan perut kotak-kotaknya.
"Sekali lagi kamu pakai ini, aku sobek," kata Kin dengan suara dingin andalannya.
Cleo mencoba jual mahal. "Apaan sih? Enggak usah ngatur-ngatur aku deh," ucap Cleo yang mengambil baju itu, lalu ia simpan di dekat Kin.
"Cleo ..." bisik Ben pelan, mengingatkan Cleo agar nurut dengan Kin. Ben sudah melihat wajah Kin yang memerah dan sepertinya sangat marah dengan Cleo.
Kin berdiri dari duduknya, sudah tidak ada kesabaran lagi di dalam dirinya. Kenapa kali ini Cleo selalu membangkang. Mereka sudah berteman lebih dari 8 tahun, dan berpacaran 3 tahun terakhir ini. Ia tidak pernah melihat Cleo terus membangkang seperti ini.
Kin yang melihat Cleo sedang minum dengan santai, ia tarik tangan Cleo dan membawanya pergi dari kantin. Botol minum yang sedang Cleo pegang pun, terjatuh begitu saja.
"Cle ..." panggil Nola, ia juga takut jika Kin bermain kasar dengan Cleo.
"Syut, udah-udah," ucap David, ia menahan Nola agar tidak ikut campur dengan urusan Kin dan Cleo. David sudah tau bagaimana Kin marah, Kin marah seperti dirinya terasuki iblis.
"Kin enggak akan berani main tangan sama Cleo. Dia sayang sama Cleo. Udah biarin aja, nanti juga balik lagi ke sini."