7. L(Over)

1109 Kata
Sepanjang koridor di lantai 4 ini cukup kosong, di sini hanya ada ruangan staf penjaga sekolah, ruangan musik, perpustakaan dan toilet. Kin menarik tangan Cleo dari lantai 3 sampai lantai empat, lebih tepatnya Kin membawa Cleona menuju toilet perempuan. Cleo tidak berani membuka suaranya karena Kin yang sepertinya sangat marah dengan dirinya. "Duduk," kata Kin membuka suaranya, menyuruh Cleo untuk duduk di atas closet. Pintu toilet pun sengaja Kin tutup. Itu artinya hanya ada mereka berdua di sini, di tempat yang sangat kecil ini. Cleo tidak bisa menatap wajah Kin, yang sedang menatap wajahnya. Kin terus memperhatikan Cleo dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Udah gua bilang, gua benci liat lu kaya gini." Kin memang sangat melarang keras jika Cleo memakai rok pendek di atas lutut itu. Apalagi memakai kameja putih tanpa memakai rompinya. "Lu mau pamer badan? Mau jual diri? Iya?" Mendengar Kin yang sudah terlewat batas berbicara dengan dirinya, Cleo memberanikan diri untuk bisa melihat wajah Kin. "Kamu pikir aku semurah itu? Lagian enggak akan ada yang mau kok sama orang jelek kaya aku. Cuma kamu mungkin, yang buang-buang waktu untuk peduli sama aku." "Gua ngerasa gagal jaga lu, Cle. Kalau lu terus kaya gini ...." "Aku juga ngerasa gagal, Kak. Karena Kak Kin terus kaya gini, terus ngelakuin hal semau kamu, kamu egois, kamu enggak pernah mikirin perasaan aku. Pacar kamu itu, aku atau Levy sih? Perasaan, kalau kamu sama Levy, Kak Kin banyak baiknya. Kalau sama aku, marah-marah terus kerjaannya." Tanpa sepatah katapun Kin pergi dari hadapan Cleo, dan membanting pintu toilet dengan kencang. Cleo yang kembali melihat amarah Kin, menangis sejadi-jadinya. Cleo menahan suara tangisannya agar tidak terdengar sampai keluar, dan air mata terus membanjiri wajahnya. Kin yang sedang di tutupi oleh amarah, ia berjalan cepat kearah ruang staf untuk mengambil sesuatu. Kin bebas melakukan apapun di sekolah ini, karena kakeknya adalah pemilik yayasan. Kin memang memiliki temperamen yang sangat buruk. Namun di balik itu semua, dirinya sangat peduli dengan orang lain. Apalagi orang tuanya dan Cleo. Kin sangat sayang pada Cleo, namun dirinya sangat-sangat sulit menunjukkan itu semua. Setelah mengambil satu rok panjang yang ia ambil di ruangan staf, Kin mencoba meredamkan emosinya, dan kembali menghampiri Cleo. Sesampainya di toilet, buru-buru ia kembali ke bilik yang sama. Benar saja, Cleo masih ada di sana dengan wajah yang tertunduk dan rambut yang berantakan. Tanpa aba-aba apapun, Kin memeluk Cleo dengan hangat, dan meminta maaf kepada Cleo. "Maaf, sayang. Maaf ..." kata Kin sambil berbisik. "Maaf untuk kesekian kalinya. Maaf ...." "Aku sayang sama kamu, makanya aku gak suka liat kamu berpakaian seperti ini." Tubuh tinggi Kin, memeluk Cleo dengan hangat. Akhirnya, setelah lama, Cleo kembali bisa merasakan pelukan hangat ini. Perlahan tangisnya reda, Kin melepaskan pelukannya, dan mencoba memegang wajah Cleo yang sangat manis itu. Dengan mengusap mata bawahnya yang masih mengeluarkan air mata, Kin berbicara. "Maaf ya, mata. Harus kembali mengeluarkan air mata kamu." Lalu, Kin menyentuh pipi Cleo yang berisi itu. "Maaf, pipi sayang. Harus basah lagi gara-gara menangis." Kin mengusap kening Cleo. "Maaf kening, sudah memenuhi pikiran kamu." "Maaf bib ..." Kin belum saja menyelesaikan ucapannya tentang si bibir, Cleo langsung menghempaskan tangan Kin yang sedang mengusap bibirnya. "Ish, Kak Kin ..." rengek Cleo yang membuat Kin gemas. Kin pun tertawa, dan kembali memeluk tubuh Cleo dengan sangat gemas. "Lagi romantis juga, kamu main potong-potong aja," kata Kin. Cleo yang merasa napasnya habis, memukul punggung Kin sebanyak-banyaknya. "K--kak ...." "Iya-iya sayang, maaf ... habisnya kamu gemesin." Mood Cleo kembali naik, ini baru Kin. Kin yang terlihat tegas dan dingin di mata orang lain, namun Kin jika di hadapan Cleo, dirinya sangat-sangat bawel. Itulah Kin yang Cleo rindukan. "Aku kangen," kata Cleo sambil mengusap air matanya. "Aku juga kangen, sayang." Kin kembali memeluk Cleo sebentar. Lalu merapihkan tatanan rambut Cleo, dan ia menjepit rambut Cleo di bagian sebelah kanan. "Ini pakai," kata Kin yang memberikan rok sekolah yang masih memiliki merk. "Kak ... kamu ngambil yang punya siapa?" Tanya Cleo. "Udah, pake aja. Atau mau aku yang pakein?" Tanya Kin sambil menaik turunkan alisnya. "Ish ... Kak Kin, sana pergi." Cleo mendorong Kin untuk keluar dari toilet. "Iya-iya, sayang." Kin pun menunggu Cleo di dekat pintu masuk toilet. Kin memiliki tubuh atletis, hidungnya mancung, dengan alis tegas dan mata tajam. Serta bibir tipis yang menambah ketampanan di dalam dirinya. Kin memiliki rambut tebal yang selalu ia acak-acak, Kin tidak pernah mau mengatur rambutnya dengan baik. Katanya mau rambutnya di buat apapun, kadar ketampanannya tidak akan luntur. Cleo pun datang. Wajahnya masih sembab karena terus menangis. "Bentar, aku pake bedak dulu," kata Cleo yang memberikan plastik berisikan rok pendek. Ia pun mengeluarkan kaca dan tissue, ia bersihkan wajahnya dengan tissue. Lalu memakai bedak tipis, tak lupa ia pun memakai lip gloss. "Ribet banget sih, sayang ... udah cantik kok." "Muka aku sembab tau. Biar keliatan fresh." Setelah selesai, Cleo pun tersenyum manis kepada Kin. Lalu berjalan terlebih dahulu. Kin pun menyusul Cleo dan menyimpan tangan kanannya di pundak Cleo. "Ih, nanti ada yang liat, Kak." "Biarin," kata Kin yang membuat Cleo kesal. ... Pukul 10, sekolah sudah di bubarkan. Kin dan Cleo sedang berada di jalan pulang. "Besok-besok aku enggak mau ajak kamu pakai motor lagi," kata Kin. Cleo yang memakai helm tidak terdengar. "Apaan, Kak?" tanyanya dengan sedikit berteriak. "Kamu budeg." "Hah? Oh iya," ucap Cleo yang tidak kembali mendengar. Kin sudah terbahak-bahak. "Apaan sih, Kak. Kok ketawa?" Tanya Cleo dengan suara pelan, karena Kin sudah menurunkan laju motornya. "Aku bilang kamu budeg. Terus kamu jawab oh iya, hahaha ...." "Habisnya enggak kedengeran. Kamu kenceng banget bawa motornya." "Mau jajan dulu?" Tawar Kin. Cleo cukup terdiam sebentar, ia sedang berada dalam misi dietnya, dan tidak ingin memberitahu Kin kalau ia sedang diet. "Enggak ada diet-diet, Cleo sayang. Mau jajan apa?" Tanya Kin yang seakan-akan membaca pikirannya. Tidak ingin memperpanjang masalah, Cleo pun ingin Kin berhenti di depan mini market. "Di sini?" Tanya Kin. "Iya, Kak." Cleo pun turun dari motor Kin yang tinggi itu. Cleo yang ingin masuk ke mini market, ditahan oleh Kin, dan memberikan kartu ATM-nya. "Aku enggak punya uang, pake ini aja." "Aku bawa uang kok," kata Cleo. "Bener nih, gamau?" Kin menggoda Cleo untuk memasukkan kembali kartunya. "Eh-eh kok enggak ikhlas." "Ini, sayang. Aku kerja buat nyenengin kamu juga. Lagian di bawa ke tempat mahal enggak pernah mau." Tidak ingin mendengar Kin yang banyak berbicara, Cleo mengambil kartu itu dan pergi masuk kedalam mini market. Lupa dengan sesuatu, Cleo kembali menghampiri Kin. "Pinnya berapa, Kak?" "Berapa ya? Aku lupa," kata Kin yang sedang berpikir. "Yaelah ... enggak bisa dipake dong." "Tanggal lahir kamu, atau tanggal lahir kucing aku," katanya. Cleo hanya mengangguk dan kembali masuk kedalam mini market.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN