Moren memandang sendu pada makanan yang berada di depannya. Ia tidak berselera makan, semenjak kedua suaminya yang pergi pagi-pagi sekali tidak meninggalkan pesan kepadanya. Biasanya, Dhafin akan meninggalkan pesan untuknya. Atau, Dhafa akan membuat s**u hamil untuknya, bila lelaki itu di rumah. Dan, pagi hari ini mereka berdua kompak tak berpamit atau memberikan perhatian kepada Moren. Moren mengusap perutnya pelan, sifat sentimentil yang dimilikinya senjak mengandung menguap ke permukaan, tanpa bisa dilarang sedikit pun. "Moren, kamu makan, ya?" Moren memandang ke arah ibu mertuanya, yang memaksa dirinya untuk makan. Padahal, Moren tak berselera makan. "Moren nggak lapar Moma," Moren menyingkirkan piringnya lalu mulai beranjak, ia lebih memilih untuk pergi ke tempat suny