"Moren, aku ingin kita bercerai!" Moren terbangun dari tidurnya, menatap jam pada nakas menunjukkan jam dua malam, ia mendesah kasar lalu meraup wajahnya dengan penuh frustrasi tak menyangka mimpinya akan semengerikan ini tentang Dhafa—yang meminta cerai. "Huft... kenapa aku bisa mimpi seperti itu? Tidak mungkin Dhafa ingin bercerai denganku," Moren menggeleng, suaminya tak akan ada yang ingin bercerai darinya. Cukup sudah. Dirinya percaya kepada Dhafa dan Dhafin, karen mereka adalah suaminya, untuk apa percaya dengan mimpi? Mimpi hanya bunga tidur dan tidak pernah jadi nyata. Seperti yang selalu ditekankan oleh Moren, bahwa rumah tangga yang paling penting adalah sebuah kepercayaan, tak ada kepercayaan maka semuanya hancur. Moren percaya pada kedua suaminya. Selalu percaya.