“Assalamualaikum Mas Varo…” Suara lembut, merdu mendayu terdengar di telinga Varo. *** “Padma?? Di mana kamu sayang?” Varo masih saja bingung mencari keberadaan Padma. Matanya yang tadi memerah berangsur kembali putih. Wajahnya yang tadi mengeras dan bibirnya mendesis juga sudah kembali normal. “Aku di Jogya Mas. Aku… aku kangen Mas Varo.” Pecahlah tangis Padma membuat Varo terjatuh, terduduk lemas. Ustad Ridho memberikan ponselnya dan sedikit menjauh, memberi kesempatan pada Varo agar bisa leluasa mengobrol dengan Padma. “Padma… Maafkan aku, aku benar-benar tidak berguna sebagai lelaki. Aku harus bagaimana Padma? Aku kembali hilang akal. Ya Tuhan, kenapa susah sekali lepas dari jebakan pelet ini?” Varo berkeluh kesah, bukannya menenangkan Padma malah menambah resah. “Mas Varo, papa