" Max , tolong menjauh lah "
Vika mendorong kembali tubuh yang terasa kekar dan kuat itu dari sisinya dengan cepat .
Cup...
" Kau !! "
Vika mengelap bibirnya dengan cepat dari kecupan Max yang mampu membuat wajah nya merah .
" Kau sepertinya benci sekali dengan ku , Padahal kemarin kau sangat liar "
Max menggoda Vika yang kembali ingat dengan kejadian gila yang mereka lewati karna paksaan itu .
" Kau memberikan aku sesuatu hingga aku seperti itu dan kau memaksa ku Max "
Vika menjawab dengan Ketus dan merasakan pelukan hangat Max yang masih ada di dekat tubuh nya .
" Kalau begitu ayo lalukan kembali "
Ajak Max terdengar konyol , Vika langsung berusaha bangkit dari tempatnya namun Ia kembali jatuh dan terbaring di dalam pelukan pria yang tampak kesepian .
" Kau sangat membuat ku risih Max , Apa kau tidak punya bahan lain selain menganggu ku ? "
" Tidak , Hanya kau yang membuat ku tertarik "
Max mengecup bibir Vika kembali dengan cepat dan melihat perubahan wajah Vika yang tampak tidak senang .
" Max please , Aku mau pulang "
" Baiklah , Aku akan mengantar mu "
Max beringsut dari ranjang serta memasang kancing kemejanya yang terbuka .
Vika merapikan rambutnya dan berjalan melewati Max yang masih mengambil kunci mobilnya .
Vika tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya saat merasakan Max memeluknya dari belakang dengan erat .
Deg
Deg
Deg
suara jantung yang berdetak kencang mungkin disadari oleh Max karna rasanya sangat kuat .
" I love you "
Max berbisik dengan pelan namun bisa di dengar oleh Vika.Wanita itu melepas pelukan Max dan berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Max .
Pria itu menarik nafasnya lalu menatap wajah Vika dengan seksama .
" Mulai besok kau tidak akan bisa lepas lagi dari ku , Vika "
" Maksud mu ? "
" Lihat saja besok "
Max berjalan lebih dulu meninggalkan Vika yang masih memikirkan maksud dari perkataan Pria gila itu .
" Kau mau pulang atau mau tidur disini ? "
Suara Max memecah lamunan Vika hingga ia berjalan mengikuti Max kembali .
Disepanjang perjalanan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka masing - masing .
Vika melihat ponsel nya bergetar dan melihat pesan kalau Ia di terima bekerja di salah satu perusahaan besar dan besok dia sudah mulai bisa bekerja .
" Yes . akhirnya "
Max melirik ke arah Vika yang terlihat tertawa dengan senang .
" Kenapa ? "
" Bukan urusan mu "
Vika menjawab dengan ketus namun hal itu tidak membuat Max sakit , karna ia sudah tau isi pesan yang masuk ke ponsel Vika itu .
Vika membuka pintu mobil Max saat ia sudah berada di depan rumah nya Namun pria itu kembali menarik lengan nya dan mencium bibirnya .
" Selamat tidur "
Max menatap wajah Vika yang tampak damai dan cantik , Ia sangat menyukai gadis itu entah sejak kapan dan kenapa hanya saja Ia sangat suka dan tidak bisa berpaling .
_____________
Vika memasuki kantor yang cukup besar di New York . Ia melihat sekeliling orang yang sudah tampak rapi dan saling menyapa di sela kesempatan .
" Hallo ? Vika ? "
Seorang wanita dengan pakaian serba merah mencolok dan wajah yang sangat menor muncul di hadapan Vika .
" Iya __ Aku mendapat pesan kalau Aku diterima bekerja disini "
Vika melihat ke arah wanita yang terlihat ramah itu langsung mengendusnya seperti kucing yang menciumi makanan .
" kau wangi , penampilan mu cukup oke dan ini kontrak mu cepat tanda tangan "
Vika melirik ke arah nametag yang terpasang miring di disini kanan nya .
" Rania " Vika membacanya dalam hati dan perlahan mengambil kontrak yang di berikan gadis itu .
" Ini penanya "
Rania memberikan Pena keemasan dengan tinta tebal kepada Vika dan wanita itu langsung menandatangani nya .
" Kau tidak membacanya dulu ? "
Rania sedikit kesal dengan keteledoran Vika pada hari pertama bekerja .
" Ah ya aku lupa "
Vika berusaha meraih kembali kontrak itu dari tangan Rania .
" Eitss !! Tidak bisa kita sudah sepakat , Ayo ke kantor CEO "
Ajak Rania lalu merogoh ponsel nya dari blezer nya serta memencet layar ponsel dengan kuku dengan kutek merah .
" Pak , sudah selesai kami sedang kekantor mu " Rania tampak mengangguk pelan dan menutup ponselnya hingga mereka sampai ke depan lift .
" lantai 9 "
Batin Vika memikirkan gedung yang cukup besar untuk ia menghidupi dirinya sendiri dan berharap semua akan berjalan dengan lancar dan baik .
" Masuk lah duluan , Aku harus mengirim email kepada Boss "
Rania membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu lalu mendorong Vika masuk ke dalam kantor yang tampak besar dan tertata dengan cukup rapi .
" Kau ?? "
Max mendekati Vika dengan cepat dan menangkap tubuh gadis itu dan hampir menciumnya .
" Aku sudah bilang kan ? Kau tidak akan bisa lari lagi dari ku "
Max mengecup Vika yang terdiam tanpa tau apa yang sedang terjadi .
" Kau bohong kan kantor ini bukan milikmu kan ? "
Vika meneliti wajah Max yang tampan dengan alisnya yang tebal dan bibir sexy yang sudah berapa kali menciumnya itu .
" Bohong ? Kau bisa lihat isi kantor ini , foto , nama dan sekarang aku ada disini "
Max tersenyum licik ke arah Vika yang merasa lututnya mulai lemas .
Ia melihat ke sekeliling kantor dan membuat nya merasa frustasi karna nama yang terpajang memang nama pria gila ini
" Kalau begitu aku mengundurkan diri "
Tok tok tok ...
" Masuk "
Max kembali duduk di tempatnya dan melihat Rania memberikan kontrak yang sudah di tandatangani Vika .
" Good job " Rania melewati Vika sambil memberi tanda jempol .
" Baca kontrak mu "
Max melempar buku tebal dengan kontrak yang tersalin disana .
" Apa !? Ini gila Kau menjebakku "
Vika tidak terima melihat isi kontrak yang sangat mendominasi . Ia tidak bisa berhenti selama Max memecatnya dan harus ikut kemana pun boss serta harus berada di satu ruangan dengan Max .
" Lihat bawahnya "
Max menunjuk ke kontrak itu dengan senyuman licik
" apabila aku melanggar aku akan siap menerima hukuman apapun , Vika melempar surat itu dengan wajah tidak senang .
" Duduklah disana , Rania akan datang memberimu pekerjaan "
" Dasar b******k !! "
Vika membatin dan rasanya sangat ingin menjambak rambut Max yang terlihat cukup lebat