Valentina merasa dirinya tengah disalahkan. Disudutkan oleh Sang Suster. Betapa semena-mena apa yang dilakukan Sang Suster padanya. Kalau menuruti kata hati, ingin rasanya Valentina membela diri dan meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi akal sehatnya segera mengingatkannya agar tak bertindak demikian. “Tadi lagi ngobrolin apa sih, Mbak? Kok jadi begini? Ini gawat lho!” belum juga Valentina menyahut, Sang Suster kembali menyalahkan Valentina. Valentina menelan ludah. Enggan menjawab.

