Bab 16 - Ciuman Pertama

990 Kata

Perut Zeya keroncongan, ia sudah menahan lapar sejak tadi, malu kalau bilang kelaparan di rumah asing itu, dan dokter yang menjadi suaminya. "Astaga bisa diem nggak, sih!" sentak Zeya memukul perutnya pelan. "Kamu lapar?" tanya Kenzo. Aroma bawang putih yang digoreng di dalam mentega memenuhi udara. Zeya berdiri di ambang pintu dapur, menatap tak percaya pada pemandangan langka di depannya. Kenzo, dengan celemek bergambar wortel lucu yang entah dari mana asalnya, sedang mengaduk pasta di atas wajan. "Jadi kamu dokter yang bisa masak juga," ujar Zeya sambil memeluk perutnya yang lapar. Kenzo menoleh sekilas. Rupanya anak itu memang lapar, batinnya. "Aku hidup sendiri sejak lama. Masak itu kewajiban, bukan bakat." Zeya tertawa kecil, lalu menarik kursi dan duduk di meja makan. "Tapi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN