Zeya baru saja kembali ke ruang kerjanya setelah rapat pertama yang menguras energi. Langkahnya berat, tapi senyum puas perlahan muncul di wajahnya. Ia duduk di kursi putar, menyandarkan tubuh, lalu menghela napas lega. Napas yang sejak tadi ia tahan akhirnya bisa keluar perlahan. Ia meraih ponselnya dan segera melakukan panggilan video. Tak perlu berpikir lama, hanya ada satu orang yang paling ingin ia kabari saat ini. Wajah Kenzo muncul di layar, dengan rambut sedikit berantakan dan mata yang jelas terlihat lelah. Tapi senyumnya langsung muncul begitu melihat Zeya. “Hei, dokter ganteng,” sapa Zeya dengan nada centil, membuat pipinya sendiri memerah. “Gimana kabarnya? Kamu sehat? Mama kamu gimana sekarang?” Kenzo terkekeh pelan. “Aku sehat, meskipun kurang tidur. Mama masih di ICU tap