Hari ini akhirnya berakhir. Lima hari berada di hotel dengan pria sedingin es membuat Zeya cukup sulit menghirup udara yang terasa menyesakkan. Kalau bukan menghargai sang kakek, Zeya lebih suka kabur daripada harus berada di dekat pria ketus nan cuek itu. "Dokter Kenzo." Kenzo yang tengah merapikan beberapa potong pakaian miliknya ke dalam tas lantas menoleh. "Ada apa," jawabnya datar. "Setelah ini apa lagi?" tanya Zeya. "Apa lagi?" Kenzo berdiri menatap Zeya. "Maksudnya apa lagi apanya?" "Ya. Apalagi yang akan kita lakukan, tujuannya?" Kenzo berdecih. "Kenapa tanya, harusnya kamu tau kan tujuannya kemana." Lagi-lagi jawaban yang membuat Zeya menarik napas. Masih menyebalkan, batin gadis itu. "Bisa-bisanya orang rumah sakit bilang kamu keren, banyak yang puji-puji kamu. Tapi