Lira menggeliat lemah. Kepalanya masih pusing dan berdenyut. Paru-parunya pun seperti enggan bekerja dengan benar hingga napasnya terasa berat. Perlahan, matanya mulai terbuka. Di mana ini? Langit-langit kayu dengan balok-balok besar menyambut pandangannya. Aroma tanah basah dan teh yang samar tercium bercampur dengan udara segar yang menerobos masuk melalui jendela yang terbuka. Lira mengerjap mencoba fokus. Saat ia menoleh ke arah jendela yang tirainya terbuka, pandangan Lira menangkap hamparan hijau yang luas di luar sana. Perkebunan teh. Jantung Lira berdetak kencang. Ia segera mencoba bangkit, tapi tubuhnya masih terlalu lemah. Tangannya mencengkeram seprai putih yang menutupi ranjang empuk di bawahnya, walaupun kakinya masih terasa kaku. Lalu, Lira mendengar langkah kaki. Ceklek.