Vanya mematung di depan pintu kosan milik Jesika. Setelah meminta Ganjar mengantarnya, Vanya kemudian membiarkan laki-laki itu pergi. Tangan Vanya terulur mengetuk pintu. Suara lembut Jesika terdengar sangat sopan menyahut dari dalam rumah. Saat pintu dibuka, Jesika tampak terkejut. Tapi tak lama kemudian, dengan ramah Jesika langsung meminta Vanya masuk. Setelah mempersilahkan Vanya duduk, Jesika membawa minuman dan makanan ringan untuk Vanya. Vanya belum bersuara. Matanya sibuk menatap sekeliling. "Rumah ini cukup besar untuk ditempati sendiri. Rumah ini juga lumayan mewah dan terletak di daerah yang sangat strategis. Pasti harga sewanya tidak murah." Ujar Vanya. "Nyonya benar. Awalnya saya sedikit perhitungan soal sewa yang mahal. Tapi, mengingat rumah ini bisa ditempuh jalan kaki me