Ranti menuruni tangga dengan pipi bersemu merah. Membayangkan dirinya baru turun saat jam menunjukkan pukul sebelas siang, setelah Reon meminta berkali-kali padanya. Ia sebenarnya tak keberatan. Ternyata menikah dan melakukan hubungan intim tak seburuk yang ia bayangkan. Semuanya terasa berbeda dan membuat ketagihan, apalagi Reon selalu memuja tubuhnya. Ya, Tuhan! Dirinya sudah terkontaminasi oleh otak m***m Reon. Ranti harus membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sudah disebarkan oleh Reon padanya. Tapi ia tak memungkiri kalau bercinta itu sangat nikmat. Malahan begitu nikmat. Ranti sepertinya harus mencuci otaknya dengan sabun atau deterjen agar tidak berpikiran m***m lagi. "Ran, wajahmu kenapa memerah begitu?" Ranti menatap bundanya lalu menunduk. Sial! Sangat kentara sekali dirin