Minyak Angin

1048 Kata
Dua jam berlalu, saat ini Ara sudah sangat lemas di atas ranjang, berbeda dengan Kenzo yang masih menggerakkan tubuhnya naik turun di atas tubuh istrinya. Tadi setelah bermain satu jam di kamar mandi, Ara kembali menggoda suaminya di atas ranjang, dan tiba-tiba saja dirinya merasa menyesal karena tubuhnya hampir saja remuk gara-gara suaminya yang lama keluar itu. Gerakan Ken yang semakin cepat membuat Ara menatap lurus ke arah suaminya, miliknya benar-benar terasa berkedut bukan main, merasakan gesekan milik suaminya yang terus bergerak keluar masuk dengan cepat. Tubuh Ara bergetar hebat bersamaan dengan pelepasannya. Entah sudah berapa kali tubuh Ara bergetar karena merasakan nikmat permainan dari suaminya dalam dua jam ini. Kenzo menekan miliknya masuk ke dalam, membuat Ara membuka matanya lebar karena merasakan milik suaminya masuk sangat dalam. Benar-benar sangat dalam hingga membuat Ara merintih penuh nikmat dan juga sakit. Setelah berdiam di atas tubuh istrinya cukup lama, Kenzo pun memilih untuk menggulingkan tubuhnya ke samping, tangannya bergerak menarik tubuh ramping istrinya dengan kepuasan yang luar biasa. "Rasanya tulangku benar-benar ingin patah," gumam Ara dengan suara pelan. Di bagian bawah tubuhnya, Ara merasakan miliknya mengalirkan sebuah cairan cinta keduanya yang bersatu tadi, di dalam hati Ara berdoa semoga saja dirinya segera hamil lagi. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa berhenti jika melihat kamu." Jawab Kenzo seraya mencium kening istrinya dengan penuh kasih sayang. Ara terdiam, matanya menatap lurus ke arah wajah suaminya yang masih terlihat segar itu. Biasanya suaminya akan langsung tidur jika selesai berhubungan, tapi entah kenapa hari ini terlihat berbeda. "Kamu nggak langsung tidur?" Tanya Ara pelan. "Kamu tidur dulu, ini masih terlalu sore buat tidur." Jawab Kenzo yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Kenzo menggerakkan tangannya untuk meraih wajah istrinya. Entah sejak kapan Kenzo belajar banyak hal untuk memuaskan istrinya itu. Dirinya memang mengakui bahwa kemampuannya dalam berhubungan badan sangat pantas dibanggakan, tapi saat melihat istrinya yang cantik dan juga mampu memuaskan dirinya membuat dirinya tidak percaya diri dan ingin belajar lebih baik lagi. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang seksi dan juga kemampuannya yang baik membuat Kenzo benar-benar malu saat memikirkannya. "Tidurlah," gumam Kenzo pelan saat melihat istrinya menutup matanya sedari tadi. Kenzo menurunkan tangannya ke perut istrinya, mengelus perut itu dengan pelan. Sudah berapa hari umur janin yang ada di dalam kandungan istrinya? Kenapa dirinya tidak pernah memperhatikan hal itu? Ara yang masih belum tidur hanya bisa menelan ludahnya karena takut, Ara takut suaminya mengetahui jika anak mereka sudah tidak ada lagi di dalam perutnya. Pagi harinya, Ara bangun lebih awal. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lelah karena pergulatannya dengan suaminya tadi malam, dan saat ini lengan suaminya yang berat tengah menimpa tubuhnya. Benar-benar menyebalkan. Ara memindahkan tangan suaminya dan berniat untuk bangun, tapi gerakan tangan suaminya yang menariknya membuat dirinya jatuh ke dalam pelukannya suaminya. Ara berdecak pelan saat melihat wajah Kenzo yang ada di depan matanya, berbeda dengan suaminya yang hanya senyum-senyum tidak jelas itu. "Kalau marah berarti semalam kurang puas," kata Kenzo saat melihat istrinya ingin membuka bibirnya di pagi hari. Ara yang mendengarnya pun hanya terdiam dan mengulurkan tangannya untuk menyentil hidung mancung suaminya. "Cium sini dulu," pinta Kenzo seraya menunjuk bibirnya itu. Ara pun menggelengkan kepalanya dan mencium bibir suaminya di pagi hari. Kenzo melumat bibir istrinya dengan tiba-tiba, Ara tidak menolak justru ikut bergabung dalam permainan bibir suaminya yang santai itu. Dulu Ara akan merasa risih jika berciuman tanpa menyikat gigi terlebih dahulu, tapi entah kenapa hari ini Ara suka melakukannya bersama suaminya. Kenzo tiba-tiba mendorong istrinya menjauh, dan bergerak cepat menuruni ranjang. Membuat Ara bingung sendiri saat melihatnya. "Hoek," Suara yang terdengar dari kamar mandi membuat Ara menghentikan gerakannya, tangannya bergerak ke arah bibir untuk mengecek bau mulutnya. Tentu saja dirinya merasa malu jika alasan suaminya muntah gara-gara bau mulutnya. Ara turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi dengan memakai kimono mandi yang tadi malam dilepas oleh suaminya. "Ken, ada apa?" Tanya Ara seraya masuk ke dalam kamar mandi "Tunggu di sana saja," kata Ken yang langsung saja membuat Ara menghentikan langkahnya. Ken menyalakan air dan mencuci mulutnya, entah kenapa tiba-tiba perutnya terasa tidak nyaman dan ingin muntah. Padahal jelas-jelas hanya air yang keluar dari perutnya. "Ada apa? Bau mulutku bikin kamu mual ya?" Tanya Ara dengan suara pelan. Kenzo menggelengkan kepalanya pelan seraya memegangi perutnya yang masih tak nyaman itu. Ara yang melihatnya pun membantu suaminya untuk keluar dan duduk di atas ranjang. "Perutku rasanya nggak nyaman aja." Jawab Kenzo seraya meletakkan kepalanya untuk bersandar pada istrinya. "Kamu modus ya?" Tanya Ara penuh selidik. Kenzo menggelengkan kepalanya pelan dan menatap lurus ke arah istrinya yang terlihat khawatir dan juga sedikit kesal itu. "Enggak, perutku emang nggak nyaman." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara terdiam saat mendengarnya. "Kalau gitu ayo ganti baju, kita ke rumah mama. Biar nanti mama buatin sesuatu yang hangat buat kamu, aku nggak bisa bikin apa-apa." Kata Ara seraya menyingkirkan kepala suaminya yang bersandar padanya. Ara berjalan ke arah almari dan mencarikan baju ganti untuk dirinya dan juga suaminya. "Kamu ganti dulu, nanti kita mandi di sana aja. Biar aku juga yang bawa mobilnya." Lanjut Ara seraya memberikan baju ganti untuk suaminya. "Kamu khawatir ya?" Tanya Kenzo pelan. "Iya, kalau kamu tiba-tiba mati aku yang jadi tersangka." Jawab Ara dengan cepat. Kenzo pun tertawa pelan dan mengikuti perintah istrinya, mengganti baju dan juga celana yang sudah disiapkan oleh istrinya. Ara sendiri tentu saja memilih berganti baju di dalam kamar karena dirinya juga harus mencuci wajahnya. Setelah selesai berganti baju, Kenzo beranjak turun dari ranjang dan mencari minyak angin di laci nakas yang ada di samping ranjangnya itu. Biasanya dirinya juga tidak apa-apa meskipun tidur telanjang, tapi entah kenapa hari ini terasa tidak nyaman. "Kamu cari apa?" Tanya Ara saat melihat suaminya tengah duduk di lantai dan membuka laci nakas itu. "Minyak angin, rasanya perutku benar-benar diaduk-aduk." Jawab Kenzo dengan lemas. Ara yang mendengarnya pun langsung mendekat dan membantu suaminya mencari minyak angin. Setelah menemukannya, Ara pun membantu Kenzo untuk memakainya. "Apa kita ke dokter dulu aja?" Tanya Ara dengan suara pelan. Tangannya bergerak mengusap perut suaminya dengan minyak angin yang baru saja ia tuangkan. "Tidak perlu sampai ke dokter, lagian rumah mama juga cukup dekat kok." Jawab Kenzo dengan suara pelan. Setelah merasa enakan, Kenzo dan Ara pun berangkat meninggalkan rumah. Kali ini Ara yang mengemudikan mobilnya untuk pulang. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN