Jahe Hangat

1546 Kata
Sesampainya di rumahnya, Ara turun dari mobil dan membantu suaminya untuk turun. Ara memapah tubuh tegap suaminya dengan sangat hati-hati, antara keberatan dan juga takut suaminya limbung. "Apa masih tidak enak?" Tanya Ara pelan saat melihat wajah suaminya sedikit memucat. Kenzo sendiri hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya, sedari tadi Kenzo terus menahan saat ingin muntah, Kenzo tidak ingin membuat istrinya kesusahan karena dirinya. "Kamu istirahat di kamarku dulu, aku akan bicara sama mama." Lanjut Ara yang langsung saja memapah suaminya masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan sapaan dari penjaga rumah orang tuanya. Setelah membantu suaminya ke kamar, Ara meninggalkan kamar dan mencari mamanya, berbeda dengan Kenzo yang langsung saja lari ke arah kamar mandi yang terletak di kamar istrinya setelah istrinya meninggalkan kamar. Ara berjalan ke arah dapur untuk mencari mamanya, tapi Ara benar-benar tidak dapat menemukan keberadaan mamanya. Ara mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya dan menelpon mamanya. Sambungan telepon tersambung, Ara berbicara dengan khawatir, mempertanyakan keberadaan mamanya yang tidak ia temui di dalam rumah. "Kalau begitu, ajari Ara membuat sesuatu yang hangat. Kenzo mual dari tadi pagi, wajahnya juga udah pucat, tapi nggak mau di bawa ke rumah sakit." Kata Ara pada mamanya yang ada di sebrang telpon. Ara meletakkan ponselnya dan menghidupkan speaker yang ada di ponselnya. Pertama Ara mengambil panci dan mengisinya dengan air seperti yang diperintahkan oleh mamanya, setelah itu Ara mengambil cangkir dan juga jahe yang disimpan mamanya di dalam kulkas. Ara terus melakukan semua hal yang diperintahkan oleh mamanya, bahkan Ara terus bertanya saat dirinya tidak juga paham dengan apa yang dikatakan oleh mamanya. Ara akui, selama ini dirinya terlalu bergantung pada orang lain, bahkan saat dirinya tinggal bersama mantan kekasihnya pun semua kebutuhannya selalu dipenuhi oleh laki-laki itu. Entah itu makanan ataupun camilan, selalu tersedia tepat waktu. Ara mencicipi jahe hangat buatannya dan tersenyum tipis saat dirinya berhasil melakukannya, meskipun jari telunjuknya harus ia korbankan karena tidak sengaja menyenggol panci yang panas itu. "Mama akan pulang sebentar lagi, kamu jangan buat apa-apa lagi, biar mama beli bubur di luar." Suara mamanya yang terlihat khawatir setelah dirinya mengeluh panas karena luka kecilnya itu membuat Ara tersenyum senang. "Ara akan menurut sama mama. Mama hati-hati di jalan, ingatkan papa agar tidak ngebut di jalan hanya gara-gara mama yang khawatir pada Ara." Balas Ara seraya mengambil nampan yang tak jauh dari tempatnya. "Kamu memang putri mama yang paling menyebalkan, kalau gitu mama tutup ya." Balas Citra yang langsung saja diikuti suara tut sebagai tanda jika sambungan telponnya terputus. Ara mengambil ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya, lain kali dirinya akan belajar pada mamanya untuk membuat hal-hal kecil seperti ini, karena Ara tahu, suaminya sudah mulai menabung untuk membeli rumah yang akan ia tempati bersama keluarga kecilnya. Setelah menata cangkirnya di atas nampan, Ara pun berjalan meninggalkan dapur untuk kembali ke kamar. Dengan hati-hati Ara membuka pintu kamar agar tidak mengacaukan jahe hangat yang sudah ia buat. "Nunggu lama ya?" Tanya Ara pada suaminya yang tengah bersandar pada kepala ranjang. Ara berjalan menghampiri suaminya dan memberikan cangkir itu pada suaminya. Kenzo pun menerimanya dengan hati-hati dan meminumnya perlahan. "Mama baru beli bubur di luar, jadi tunggu sebentar ya." Kata Ara memberitahu suaminya. "Mama kamu nggak masak?" Tanya Kenzo pelan. Di sini Kenzo tidak tahu jika sebenarnya mama ataupun papa Ara tidak ada di rumah, jadi Kenzo mengganggap jika jahe buatan Ara itu adalah jahe buatan mertuanya. Untuk itu Kenzo tidak mengatakan apapun sebagai pujian untuk Ara yang terlihat sangat puas dengan percobaan pertamanya. "Enggak, papa melarang mama masak hari ini." Jawab Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kenzo. Ara terdiam, bibirnya terus mengukir senyuman tipis saat melihat suaminya yang meminum jahe buatannya secara terus menerus. "Jahenya enak?" Tanya Ara pelan. "Enak, buatan mama kamu memang nggak pernah gagal, selalu enak." Jawab Kenzo dengan senyuman lebarnya. Ara yang mendengarnya pun langsung tersenyum lebar dan mengangguk pelan. Ara tahu, dirinya pun tidak akan bisa berbuat apa-apa jika tadi mamanya tidak membantunya dari sebrang telpon. "Kalau udah enakan pakai istirahat dulu," kata Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kenzo. "Aku nunggu mama di luar ya," pamit Ara yang lagi-lagi dijawabi anggukan oleh Kenzo. Ara pun keluar dan menutup pintu kamarnya dengan hati-hati. Kakinya berjalan ke arah pintu untuk menyapa para penjaga rumah yang tadi ia abaikan. Baru saja Ara ingin membuka suaranya, suara mobil yang terdengar membuat Ara menoleh dan tersenyum lebar saat melihat mamanya yang baru saja turun dari mobil bersama papanya itu. "Mama, maafin Ara karena udah ganggu weekend mama sama papa." Kata Ara yang langsung saja berjalan menghampiri mamanya dan memeluknya dengan erat. "Siapa yang ganggu, kamu ini putri mama jadi nggak ada yang namanya anak ganggu orang tuanya." Jawab Citra yang langsung saja membuat hati Ara menghangat saat mendengarnya. "Kami hamil lagi?" Tanya Citra pelan. Ara yang mendengar pertanyaan dari mamanya pun langsung melepaskan pelukannya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. Beberapa hari yang lalu saat dirinya telat mens Ara sudah mengeceknya dengan test pack tapi hasilnya tetap garis satu. Tapi sampai saat ini pun Ara belum mendapatkan tamu bulanannya. "Kita bicara di dalam, jangan di depan rumah seperti ini." Kata Anand seraya menggandeng tangan putrinya untuk masuk. "Sebenarnya papa pengen gendong kamu, tapi papa ingat sekarang udah ada Kenzo yang gantiin papa buat manjain kamu." Kata Anand yang langsung saja membuat Ara mengerucutkan bibirnya kesal. Citra sendiri yang mendengarnya tentu saja senang, karena selama ini Citra tidak bisa tenang karena putra putrinya tidak ada dalam jangkauannya. "Papa selalu manjain Ara, sampai-sampai tidak ada satu hal berguna untuk orang lain yang bisa Ara lakukan." Balas Ara dengan sedikit bercanda. "Tidak apa-apa, masih ada papa dan mama yang akan melakukan apapun untuk kamu. Rumah ini dan juga hati mama dan papa selalu terbuka lebar buat putri papa." Jawab Anand yang langsung saja membuat Ara memukul pelan lengan papanya. "Tapi mama, Ara memang telat datang bulan. Beberapa hari yang lalu udah Ara cek, tapi nggak ada tanda-tanda Ara hamil." Kata Ara tiba-tiba seraya menoleh ke arah mamanya. "Terus gimana ceritanya Kenzo bisa mual muntah di pagi hari?" Tanya Citra pelan. Ara melepaskan tangan papanya dan menarik mamanya ke dapur sekalian menyiapkan bubur untuk Kenzo. Sesampainya di dapur, Citra menatap ke arah putrinya yang tengah mengambil mangkuk untuk wadah bubur itu. Bahkan pertanyaannya dari tadi belum dijawab oleh putrinya. "Jadi apa yang terjadi?" Tanya Citra lagi saat putrinya kembali menghampirinya dengan membawa mangkok bubur itu. "Semalam Ara dan Kenzo melakukan itu ma, pertama di kamar mandi, mungkin saja karena dingin mangkanya Kenzo masuk angin. Tadi pagi sebelum muntah, Kenzo ciuman sama Ara, mungkin bau mulut Ara juga yang bikin Kenzo jijik?" Jawab Ara menjelaskan. Citra yang mendengarnya pun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Pantas saja putrinya mengulur waktu untuk menjawabnya, ternyata masalahnya seperti ini. "Malu tahu ma kalau cerita sama papa, Ara kan udah dewasa." Lanjut Ara lagi. "Sama mama nggak malu?" Tanya Citra menggoda putrinya. "Enggak, mama kan perempuan. Pasti mama juga punya pikiran seperti Ara." Jawab Ara dengan yakin. Citra mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala putrinya. Entah kenapa Ara selalu terlihat kecil dan polos di dalam penglihatannya. "Bawain Kenzo bubur dulu, tadi mama mampir ke apotek beli test pack. Mumpung masih pagi, kamu bisa mengeceknya setelah mengantarkan bubur untuk Kenzo." Kata Citra yang langsung saja membuat Ara diam. "Kalau hasilnya negatif lagi gimana? Ma, Ara takut kalau Kenzo tahu. Dia pasti akan marah kalau tahu aku keguguran?" Tanya Ara yang langsung saja membuat Citra menggelengkan kepalanya pelan. "Apapun hasilnya, kita juga harus menunggu. Kalau belum diberikan kepercayaan lagi, kamu harus jujur sama Kenzo, dia pasti tidak akan marah." Jawab Citra dengan suara pelan. "Apa yang kamu takutkan? Di sini ada mama dan papa yang akan menjaga Ara dengan baik." Lanjut Citra yang langsung saja dijawabi anggukan pelan oleh Ara. Ara dan Citra keluar dari dapur, Ara berniat membawakan bubur ke kamar untuk suaminya. Tapi langkahnya berubah saat melihat suaminya tengah berbincang dengan papanya di sofa yang tak jauh dari kamar tidurnya. "Mah, maaf ya ngerepotin. Makasih juga buat jahe hangatnya." Kata Kenzo yang langsung saja mengatakan hal itu saat menoleh dan melihat mama mertuanya. "Gimana?" Tanya Citra bingung, begitupun dengan Anand yang juga terlihat terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh menantunya. Ara menarik pelan baju mamanya, membuat Citra menoleh dan menatap ke arah putrinya yang tengah bersandiwara itu. "Tadi mama kan buatin jahe hangat buat Kenzo, jadi Kenzo berterima kasih untuk itu." Kata Ara yang langsung saja membuat Citra dan Anand terdiam saat mendengarnya. "Itu buatan kamu kan?" Tanya Anand yang langsung saja membuat Kenzo menoleh dengan cepat. "Ara bahkan tidak bisa menyalakan kompor pa." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya cepat. "Benar, Ara tidak bisa melakukan apa-apa selama ini, selalu mengandalkan papa dan mama. Terima kasih buat kalian yang selalu ada buat Ara." Kata Ara ikut menimpali apa yang baru saja disampaikan oleh suaminya. Citra yang mendengarnya pun hanya menggelengkan kepalanya pelan. Citra mengambil alih nampan berisi bubur yang ada di tangan putrinya itu dan meletakkannya di atas meja. Citra menarik putrinya ke dalam pelukannya. "Putri mama sudah tumbuh dewasa," gumam Citra dengan suara pelan. Citra melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Kenzo, menantunya. "Kamu harus membahagiakan putriku, jika tidak kamu tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk memilikinya lagi nanti." Kata Citra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kenzo. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN